REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Gubernur Otoritas Umum untuk Industri Militer (GAMI) Arab Saudi, Ahmed Al-Ohali menegaskan Kerajaan Arab Saudi akan meningkatkan dukungan penelitian ilmiah dari anggaran militernya menjadi empat persen selama 10 tahun ke depan. Arab Saudi mengkhususkan pada peningkatan teknologi industri senjata dan militer secara umum.
Anggaran militer negara saat ini setara dengan 0,2 persen. Namun, di beberapa tahun mendatang akan berupaya menaikkan jumlah ini.
“Sektor industri apa pun hanya dapat bertahan dengan adanya program penelitian, pengembangan, dan teknologi yang tinggi dan berkelanjutan. Ini akan merangsang program pendidikan, membangun sumber daya manusia, dan merangkul usaha kecil dan menengah,” kata Al-Ohali dilansir di Arab News.
Menurutnya ini akan memungkinkan Kerajaan memperoleh sektor industri berkelanjutan dan teknologi yang akan dibanggakannya. Selain itu, lokalisasi industri militer akan meningkat dari lima menjadi 50 persen pada 2030. Manfaat pertama dari lokalisasi tersebut meningkatkan kemandirian strategis kerajaan, keamanan nasional, serta kesiapan militer dan keamanannya.
Sementara untuk dimensi ekonomi dan sosial akan mencakup pembangunan sektor senilai lebih dari 30 miliar riyal atau Rp 117 triliun pada 2030. Juga berkontribusi pada diversifikasi ekonomi kerajaan dengan mendukung produk domestik bruto non-minyak sekitar 90 miliar riyal atau Rp 352 triliun hingga 2030.
Wakil Gubernur GAMI Mohammed bin Saleh Al-Athel mengatakan Arab Saudi memiliki anggaran terbesar ketiga di dunia yang dialokasikan untuk senjata, setelah AS dan China. Kerajaan juga merupakan pengimpor senjata terbesar.
Anggaran sebelumnya didistribusikan ke lima entitas militer, yaitu kementerian pertahanan, kementerian garda nasional, kementerian dalam negeri, kepresidenan keamanan negara, dan pengawal kerajaan. “Industri militer akan menyediakan hampir 100 ribu pekerjaan langsung dan tidak langsung,” ujar Al-Ohali.
https://www.arabnews.com/node/1582606/saudi-arabia