Senin 28 Sep 2020 10:06 WIB
PKI

Umat Islam, PKI, Militer: Babak Akhir Jelang September 1965

Pertarungan di babak akhir jelang GSO S PKI antara PKI, Umat Islam, dan miiliter

Massa berunjuk rasa di kantor CC PKI yang terletak di Jl Kramat Raya Jakarta atau persis berada di sebarang kantor PBNU, pasca meletusnya peristwa G30S/PKI..
Foto:

Di lain sisi PKI melakukan penetrasi ke dalam militer, khususnya Angkatan Darat. Divisi Diponegoro dan Brawijaya mulai diinfiltrasi oleh Biro Khusus PKI di bawah Sjam Kamaruzzaman.[36] Dukungan lebih mudah diperoleh PKI di Angkatan Udara, dan beberapa sekutu potensial di Angkatan laut dan Kepolisian ketimbang di Angkatan Darat. Memperoleh dukungan dari Angkatan Darat adalah sebuah keharusan jika PKI menghendaki berkurangnya perlawanan dari kubu anti-komunis.

Aidit mencari kesamaan antara basis perjuangan mereka dengan Angkatan Darat. Ia menyebutkan bahwa para tentara Indonesia adalah kaum tani bersenjata. dalam ceramahnya di Sekolah Staf Komando Angkatan Darat (SESKOAD) pada 29 Juni1963, ia menjelaskan,

“Kaum tani mendjadi kekuatan pokok revolusi oleh karena mereka meliputi majoritet jang terbesar sekali dari Rakjat dan jang tertindas oleh sisa2 feodalisme. Oleh karenanja, hakekat daripada Revolusi kita pada tahap sekarang ini adalah revolusi agraria jang bertudjuan membebaskan kaum tani dari penghisapan feodal. Dengan demikian mendjadi djelas pula hakekat daripada tentara kita, jaitu kaum tani bersendjata, mereka adalah anak kaum tani atau masih ada hubungan keluarga jang dekat dengan kaum tani.”[37]

Pendekatan PKI kepada kalangan angkatan bersenjata menjadi bagian dari penerapan Metode Kombinasi Tiga Bentuk Perjuangan (MKTBP), yaitu,

”…bekerdja baik dikalangan tani di-desa2, di kalangan kaum buruh di-kota2, terutama buruh transport dan mempererat hubungan angkatan bersendjata dengan Rakjat agar anak2 kaum buruh dan tani jang bersendjata ini tidak bisa digunakan oleh kaum reaksioner untuk memusuhi Rakjat.”[38]

Karikatur anti  PKI di media massa pada tahun 1953

Bagian lain dari pendekatan (atau bisa dikatakankan penaklukan) kepada Angkatan Darat adalah dengan melakukan Nasakomisasi berbagai lembaga termasuk angkatan bersenjata. Angkatan Udara (AURI) di bawah Panglima Tertinggi Angkatan Udara (Menpangau) Omrar Dani mendukung usul Aidit. Ia bahkan mengumumnkan bahwa Marxisme akan diajarkan kepada staff angkatan udara dan di sekolah komando angkatan udara.[39]

Upaya lain untuk juga dilakukan lewat infiltrasi dalam tubuh angkatan darat melalui Biro Chusus yang dipimpin Sjam Kamaruzzaman. Infiltrasi ini memang dilakukan dalam sunyi dan bahkan tak diketahui oleh Central Comitee (CC) PKI. Biro Chusus adalah sebuah lembaga yang bersifat rahasia dan klandestin.

Kebanyakan anggota PKI tak mengetahui keberadaan badan yang telah ada sejak 1950-an ini. Biro Chusus bahkan sudah menjalin hubungan dengan kalangan militer sebelum dipimpin oleh Sjam Kamaruzzaman dan memiliki perwakilannya di daerah. Hubungan ini dijalin dengan kalangan militer yang bersimpati dengan PKI sejak mereka masih tergabung dalam laskar hingga masuk ke tentara reguler.[40]

Dari berbagai upaya menjinakkan dan mengimbangi Angkatan Darat, tak ada yang lebih mencengangkan publik dan elit ketimbang upaya PKI pada Januari 1965 yang mengusulkan dibentuknya Angkatan Bersenjata Kelima setelah AD, AL, AU dan Kepolisan. Angkatan Bersenjata kelima ini untuk mengkahiri monopoli penguasaan senjata oleh tentara. PKI mengusulkan agar buruh dan tani dipersenjatai dan diberikan latihan militer. Menurut Aidit setidaknya ada 10 juta tani dan 5 juta buruh siap dipersenjatai.[41] Belakangan Soekarno menyebutkan bahwa ide mempersenjatai tani dan buruh awalnya diusulkan oleh Perdana Menteri Cina, Chou En-Lai saat bertemu dengan dirinya.[42]

Bagi RRC, angkatan kelima sangat penting untuk menjaga keseimbangan kekuatan dengan Barat di Asia Tenggara. Pada akhir Januari, Chou En-Lai bertemu oleh Soebandrio di Cina. Momen itu dimanfaatkannya untuk membujuk Soebandrio mendukung Angkatan Kelima.[43]  Cina bahkan menawarkan senjata ringan untuk mempersenjatai Angkatan Kelima.Pada bulan Juni, Indonesia mengirimkan delegasi dari Relawan Indonesia untuk mempelajari urusan milisi di Cina, Korea Utara di Vietnam.[44]

Bagi PKI Angkatan Kelima adalah sesuatu yang mereka nanti-nantikan. PKI hingga saat itu belum memiliki milisi. Perbepsi yang pernah diharapkan menjadi cikal bakal pasukan paramiliter tak berhasil dijalankan setelah Angkatan Darat mengambil alih kelompok veteran dan meleburnya dalam kendali mereka.[45] Maka ide Angkatan Kelima bukan saja mewujudkan kembali harapan tersebut, tetapi juga  dapat menjadi penantang hegemoni Angkatan Darat.

Tanpa menunggu keputusan pemerintah, sebanyak dua ribu orang mulai dilatih PKI di seputar Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma.[46] Mereka adalah kelompok-kelompok underbouw PKI seperti Gerwani dan Pemuda Rakjat yang ditempa dengan latihan-latihan militer.[47] Di saat yang berdekatan Angkatan Udara mulai mendekati pemerintah Cina untuk meminta persenjataan bagi mereka. AU beralasan senjata itu dipakai untuk mempersenjatai rakyat di seputar Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma.[48]  

Usul Angkatan Kelima dengan dukungan Soekarno ini kemudian menggelinding menjadi lebih besar, didorong oleh pendukung PKI di Front Nasional dan PWI. Angkatan Kelima menjadi tekanan bagi Ahmad Yani selaku Panglima Tertinggi Angkatan Darat. Sulit baginya menolak desakan Soekarno di satu sisi. Di lain sisi, ia juga enggan memberi PKI ruang yang lebih leluasa lewat Angkatan Kelima.[49]

Angkatan Darat menjadi sasaran tembak PKI, khususnya sejak Januari 1965. Aidit dalam pernyataan di awal Januari 1965 menyerukan untuk menghancurkan “Kapitalis Birokrat.” Sebuah seruan yang mengadopsi Partai Komunis Cina yang secara luas dipahami bagi segala macam aparatur negara yang terlibat dalam pemborosan ekonomi, malpraktek dan korupsi. Tetapi jelas, istilah ini lebih ditujukan pada para elit Angkatan Darat.

Massa PKI terus menghujat para tertuduh ‘Kabir.’ Tanggal 25 September 1965 misalnya, massa pemuda Rakjat berpawai meminta koruptor disingkirkan. Hari yang sama, Pemuda Komunis di Semarang meminta koruptor ditembak didepan publik. Begitu juga Sadjarwo. Pada 27 September ia mengatakan sudah waktunya melikwidasi para subversive. Kalau perlu para pemimpin mereka ditembak.[50]

Tekanan juga datang dari Soekarno yang pada pidato Hari Kemerdekaan RI, 17 Agustus 1965 menyatakan kemuakannya pada militer yang tidak progresif. Tak ayal tudingan tersebut ditujukan (bila tidak satu-satunya) kepada para elit Angkatan Darat. Berada terus menerus dalam tekanan, Ahmad Yani pun menunjukkan posisinya. Pada 27 Juli1965 ia menunjukkan sikapnya menolak Angkatan Kelima dan Nasakomisasi Angkatan Darat. Sebuah pertunjukan terang-terangan pertentangan terhadap Soekarno dan PKI.[51]

Pernyataan Yani memperkuat sikap sebagian elit Angkatan Darat yang menunjukkan sikap anti-yang sebelumnya sudah ditunjukkan Ibrahim Adjie , Komandan Divisi Siliwangi. Kepada jurnalis AS di bulan Maret 1965, Adji mengatakan bahwa pihaknya telah mengalahkan komunis di Madiun. Dan pihaknya akan terus mengawasi kelompok komunis. 

Letjen A. Yani memang semakin menunjukkan sikap kritisnya pada Presiden Soekarno. Sebuah ‘manuver’ dilakukan elit Angkatan Darat ketika mereka menulis surat sebuah ‘mosi tidak percaya’ kepada kabinet Presiden Soekarno. A. Yani dan M.T. Haryono adalah diantara elit angkatan Darat yang berada dibalik ‘mosi’ tersebut. Salah satu isi surat menyatakan bahwa Presidium dan kabinet telah membuktikan tidak mampu lagi memerintah “seperti yang dimaklumi oleh Bapak.”[52]

Sikap penentangan elit Angkatan Darat terhadap kemauan Soekarno dan ambisi PKI bisa jadi salah satu peristiwa penentu diantara situasi yang sudah mendidih dan dipenuhi kabut rumor yang mengelilingi elit politik. Pada Mei 1965 sekelompok massa dari Pemuda Rakyat menyerbu villa Bill Palmer, distributor film Amerika di Puncak, Bogor, Jawa Barat. Bill Palmer dituduh sebagai agen CIA. Di villa tersebut pula para pemuda menemukan dokumen yang memmuat telegram rahasia Sir Andrew Gilchrist kepada pemerintahnya tentang kemungkinan kerjasama antara Inggris dan Angkatan Darat, yang disebut sebagi “Our local Army friends,” dan berniat menggulingkan Presiden Soekarno. Dokumen inilah yang kemudian disebut ‘Dokumen Gilchrist.’ Dokumen itu bocor ketika hubungan Indonesia dengan Inggris sedang menegang akibat konfrontasi Indonesia – Malaysia soal Borneo. Inggris saat itu membantu Malaysia mengirim pasukan ke Borneo untuk menjaga kawasan perminyakan.[53]

Dokumen ini segera menilmbulkan kegemparan di elit politik. Menurut Soebandrio, Kepala Badan Pusat Intelejen (BPI), dokumen tersebut diterima dirinya tanpa jelas pengirimnya. Soebandrio kemudian melaporkan dokumen tersebut kepada Presiden Soekarno.  Ahmad Yani sendiri ketika ditanyakan oleh Soebandrio seputar tuduhan dalam dokumen itu, menyangkal kebenarannya. Menurutnya yang ada dalam Angkatan Darat hanya dewan yang bertugas merancang kepangkatan di Angkatan Bersenjata.[54]

Bagi PKI munculnya dokumen ini seperti berkah yang membuktikan kecurigaan mereka akan tindak tanduk elit Angkatan Darat. Tak sedikit yang percaya akan kebenaran dokument tersebut pada saat itu. Namun ternyata dokumen tersebut adalah bagian dari rekayasa intelejen Cekoslovakia. Mereka menyebutnya Operasi Palmer, merujuk pada nama Bill Palmer, Ketua American Motion Picture Ascociation  in Indonesia (AMPAI). 

“…pada permulaaannya merupakan salah satu dari sejumlah provokasi anti-Amerika. Setelah tahap pertaa berhasil, dinas intelejen Sovyet menyertai usaha itu; bersama-sama kami menyebarkan benih kebencian terhadap Amerika di bumi Indonesia yang subur itu, memupuknya hingga taraf yang histeris, sehingga mengancam hubungan diplomatik Indonesia- Amerika dengan kehancuran. Kami sendiri terperanjat melihat provokasi itu berkembang secara luar biasa dan mengerikan.”[55]

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement