REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Presiden Persatuan Profesi Pengajar Nasional (NUTP) Aminuddin Awang menolak klaim sekolah negeri terlalu Islami. Meskipun dia mengakui ritual dan pengajian Islam adalah bagian integral dari pengalaman bersekolah.
Aminuddin mengatakan kepada Harian Malay Utusan Malaysia bahwa sembahyang untuk ujian, merayakan hari raya umat Islam seperti awal Muharram, Maulid Rasul dan Idul Fitri, lomba nasyid, dan mengaji adalah bagian dari sistem Kementerian Pendidikan untuk memberikan pendidikan holistik bagi siswa.
"Bagi saya, klaim sekolah umum terlalu Islami tidak akurat, kementerian berupaya untuk tetap relevan dengan perkembangan zaman, terutama untuk memperkuat pembelajaran sains, teknologi, teknik, dan matematika sejalan dengan tujuan Revolusi Industri 4.0 kami," kata Aminuddin.
"Sebagian besar program kami direncanakan untuk mencapai filosofi pendidikan yang seimbang dalam semua aspek baik fisik, spiritual dan intelektual," ujar Aminuddin, dilansir dari Malay Mail, Selasa (15/9).
Ia juga mengatakan acara yang melibatkan perayaan Muslim diselenggarakan oleh sekolah untuk menumbuhkan persatuan dan kesejahteraan siswa. Harian Malay Utusan Malaysia juga meminta komentarnya dalam menanggapi sebuah forum di sekolah-sekolah lokal yang melibatkan aktivis sosial Arun Doraisamy, Phun Teck Seng wakil presiden dewan bahasa Cina Malaysia, dan panelis Sam Saad, seorang insinyur kimia di bidang perdagangan.
Dalam forum tersebut, panelis menyarankan agar para orang tua, termasuk yang Melayu-Muslim, beralih ke sekolah vernakular karena mereka memiliki silabus dan guru yang lebih baik, selain sekolah nasional yang berpusat Islam.