Kamis 03 Sep 2020 06:06 WIB

Perang Salib, Karikatur Muhammad, Kebebasan Charlie Hebdo?

Islamofobia dan kebebasan pers Prancis.

Karya seniman jalanan Prancis Christian Guemy alias
Foto: google.com
Karya seniman jalanan Prancis Christian Guemy alias

REPUBLIKA.CO.ID, -- Lima setengah tahun setelah ekstremis menembak mati belasan orang dalam serangan terhadap kantor mingguan Prancis Charlie Hebdo, surat kabar satir Prancis Charlie Hebdo, Selasa lalu mengumumkan bahwa mereka akan mencetak ulang kartun Nabi Muhammad SAW yang tampaknya dahulu memicu serangan itu.

Sebuah editorial untuk menemani kartun itu, yang akan dirilis Rabu kemarin bertepatan dengan dimulainya persidangan terkait dengan serangan itu. Charie Hebdo dan para stafnya menegaskan, mereka tidak akan pernah menyerah.

"Kami tidak akan pernah menyerah," tulis Charlie Hebdo, direktur penerbitan Laurent "Riss" Sourisseau, yang terluka dalam serangan itu. Dia kemudian menulis: "Kebencian yang melanda kami masih ada, dan sejak 2015, perlu waktu untuk bermutasi, mengubah penampilannya, untuk tidak diperhatikan dan diam-diam melanjutkan perang salib yang kejam,'' katanya.

Tak hanya itu Sourisseau pun sesumbar bila: "Satu-satunya alasan untuk tidak mencetak ulang kartun itu berasal dari kepengecutan politik atau jurnalistik."

Dalam masa belakangan, beberapa kartun, salah satunya menggambarkan Muhammad mengenakan sorban berbentuk bom. Gambar ini pertama kali diterbitkan pada tahun 2005 oleh sebuah surat kabar Denmark dan kemudian dicetak ulang oleh Charlie Hebdo pada tahun berikutnya.

Kartun itu memicu kemarahan di antara banyak Muslim. Ini karena tidak hanya karena penggambaran mereka yang tidak menyenangkan tentang Muhammad, tetapi karena banyak yang percaya bahwa penggambaran visual tentang sosok Nabi Muhammad SAW sama dengan penghujatan. Mereka juga menuduh surat kabar itu mengecap semua Muslim sebagai teroris.

Pada hari Selasa lalu, Dewan Kepercayaan Muslim Prancis menulis di Twitter: "Kebebasan untuk membuat karikatur dan kebebasan untuk tidak menyukai mereka diabadikan dan tidak ada yang membenarkan kekerasan."

Dalam serangan pada 7 Agustus 2015, dua bersaudara Chérif dan Said Kouachi - dengan bersenjatakan senapan serbu, senapan mesin ringan, granat dan pistol - menyerbu kantor Charlie Hebdo di Paris. Dalam serangan itu menewaskan 12 orang, termasuk kartunis dan staf editorial lainnya. Hampir selusin lainnya terluka.

Dan, saat para penyerang meninggalkan tempat kejadian, mereka dilaporkan berteriak bahwa mereka telah "membalas dendam kepada Nabi." Al-Qaeda yang berbasis di Yaman di Semenanjung Arab mengaku bertanggung jawab atas serangan itu.

Bertahun-tahun sebelumnya, pada tahun 2011, kantor surat kabar di Paris telah dibom.

Beberapa hari setelah serangan 2015, pria bersenjata ketiga, yang mengaku setia kepada ISIS, menyerang pasar Yahudi di Paris, menewaskan beberapa orang dan menyandera banyak orang.

Kouachi bersaudara dan pria bersenjata toko bahan makanan halal itu kemudian tewas dalam penggerebekan polisi.

Sidang mereka dimulai Rabu (2/9), melibatkan 14 orang yang diduga memberikan dukungan logistik dan material kepada para penyerang. Mereka menghadapi antara 10 tahun dan penjara seumur hidup jika terbukti bersalah.

Dan, terlepas dari itu semua fakta bahwa Islamofobia sangat kuat di Eropa makin ta terbantahkan dengan peristiwa pembakaran Alquran di Swedia yang memicu kerusuhan di Malmo. Dari survei banyak lembaga kenyamanan atau penerimaan masyarakat Eropa kepada Muslim tetap belum baik. Di Belanda, misalnya, sikap anti-Muslim juga besar. Orang Eropa resah karena mereka rata-rata kaum pendatang yang mereka rasa ingin merebut kenyamanan hidup mereka.

Namun, orang Eropa pun harus sadar. Bila mereka kini terkena imbas dengan kedatangan imigran Muslim mereka juga berasal dari negara-negara yang pada masa lalu menjadi daerah koloni atau jajahannya. Mereka dari dahulu hingga sekarang masih hidup sengsara karena andil dari perilaku orang Eropa atau peradaban barat kepadanya. Ingat kekayaan dunia sebagian besar terpusat kepadanya, negara dari para kaum imigran yang kini menyesaki Eropa adalah penikmat kecil sisanya.

Ke depan masih adakah jargon mulia: keadilan dunia?

--------------

Sumber tulisan:https://www.npr.org/2020/09/01/908414559/charlie-hebdo-to-reprint-muhammad-cartoons-as-trial-linked-to-2015-attack-begins

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement