REPUBLIKA.CO.ID, Awalnya dia tak pernah mempertanyakan ajaran yang termaktub di dalam kitab suci, hingga seorang teman datang dan membedah rujukan tersebut.
Ornella Dhita Jeane Fonbie mengenal Islam sejak 2015. Dia merupakan mahasiswi tingkat pertama di sebuah akademi teknik sipil ketika itu. Sebelum memeluk Islam, dia adalah penganut agama mayoritas di tempatnya. Keraguan terhadap agama pertama muncul setelah seorang teman pria mengajaknya berdiskusi mengenai Islam.
Awalnya dia tak pernah mempertanyakan ajaran yang termaktub di dalam kitab suci, hingga seorang teman datang dan membedah rujukan tersebut. Ia bertanya tentang teori penciptaan yang disebut di dalamnya. Namun, Ornella hanya diam, karena tak mengetahui seluk-beluk kitab suci yang selalu dibacanya sejak kecil pada akhir pekan. Namun, hati kecilnya mulai meragukan keotentikan kitab tadi.
Teman tersebut mengajak Ornella untuk menikah. Ketika itu dia belum memberikan kepastian, karena masih ingin mempertahankan keyakinan yang dibawanya sejak lahir. Namun, penolakan itu tak membuat si pria menyerah untuk mendapatkan hati Ornella. Lelaki tadi mengajak Ornella berdiskusi dan membedah kitab masing-masing. Sebelumnya tak pernah terbersit untuk mengkritisi kitab yang selama ini diyakininya.
"Saya tidak bisa jawab, seperti teori penciptaan, meski itu juga ada di (kitab agama sebelumnya) dalam video yang diunggah Vertizone TV."
Karena dia tidak memiliki jawaban atas pertanyaan-pertanyaan temannya. Lalu dia menawari Ornella mempelajari Islam. Sebenarnya ini bukan hal baru, karena Ornella sudah mengetahui agama tersebut sejak lama.
Puncak berkecamuknya perasaan Ornella mulai terasa saat mencoba mendirikan sholat. Saat itu ia diajak seorang teman mamanya yang Muslim. Ketika mengikuti shalat, Ornella merasakan sesuatu yang berbeda, yang tak bisa ia deskripsikan. Namun perasaan itu ternyata mampu membuatnya hampa saat memasuki gereja.
"Saat itu saya ikut saja, merasa ada yang beda, nggak ngerti kenapa, sejak 2015-2017 saya merasa ada kemunduran iman," jelasnya. Saat dia pergi ke gereja tidak ada semangat begitu juga ketika berdoa merasa hampa. Rasanya ada yang kurang yang tidak bisa dijelaskan kata-kata. Lalu, temannya memberikan buku berjudul Rahmatan Lil Alamin. Dalam buku itu dia membaca sebuah kalimat yang meneguhkan keyakinannya tentang Islam.
Dari buku itu dia memahami, agama baik dan benar adalah yang menen teramkan hati dan memuaskan akal pikiran. Selama memeluk agama sebelumnya dia ti dak merasa seperti itu. ornella tidak mengerti alasannya, bisa saja kurang belajar atau alasan lain. Kemudian dia bertanya kepada pendeta. Namun dia tetap tidak menemukan jawabannya.
"Dulu saya pernah bertanya pada pendeta, belum ada jawaban yang memuaskan saya. Ketika saya membuka buku itu, saya berpikir, mungkin saya akan mendapatkan jawaban lain (di buku itu),"jelas dia.
Tanggapan Keluarga
Tak lama kemudian, Ornella pun akhirnya memutuskan untuk berislam. Tak hanya bersyahadat, ia pun mengenakan hijab serta mempelajari sholat dan puasa. Ketika ditanya perasaannya setelah berislam, Ornella tak mampu mengungkapkannya.
Ia merasakan kenyamanan yang teramat sangat besar hingga sulit dideskripsikan.Saya merasa nyaman, tak tahu ya, ketika saya memberi tahu mereka yang bertanya nyaman seperti apa, saya tak bisa menjelaskan, merasakan sesuatu yang tak ada habisnya, tak tahu bagaimana mengungkapkannya.
Sejak kecil Ornella hanya tinggal bersama mamanya. Tanggapan keluarga setelah mengetahui dirinya mejadi mualaf, tentu saja marah.
Untungnya surat mualaf saya tidak disobek mama, karena dibawa teman. Tetapi teman saya ditampar karena mengantar saya ke mualaf center," ujarnya. Hingga saat ini hubungan keduanya pun belum membaik. Terkadang mamanya masih sering berbicara tapi hanya un tuk mengajak kembali ke agama lamanya.
Meski orang tua mendiamkannya, tetapi mamanya masih membangunkan sahur dan menyiapkan makan sahur.
Berpuasa tidak membuatnya kaget, karena ketika ke Jakarta, Ornella sempat belajar puasa sunah Senin dan Kamis. Sehingga sudah terbiasa. Namun saat akan berangkat mengaji, mamanya masih tetap melarang dengan berbagai alasan.
Islam menjadikannya berbeda. Ada rasa ketenangan yang memang tidak bisa dijelaskan. Ornella bercerita, dulu dia pernah diajak berpuasa pada Senin dan Kamis. Teman-teman tersebut sempat berpesan kepadanya, janganlah berpindah agama karena keyakinan. Jadikanlah hidayah yang menuntun diri sendiri kepada kebenaran.
Ornella berharap mamanya menerima keyakinan Islam yang dianutnya. "Saya adalah Muslim. Islam bukan agama yang buruk. Saya ingin ubah pola pikir mama yang menganggap Islam buruk karena oknumnya. Saya bangga memeluk Islam. kata gadis tersebut.
Ornella menghadapi segala ujian dengan keyakinannya kepada Allah. Tak ada sesuatu yang berharga tanpa dibayar mahal. Karena itulah ia yakin Allah memiliki cara yang mengejutkan bagi hamba-Nya menghadapi cobaan.
Tidak ada yang buruk dengan menjadi Muslim. Percayalah, ketika mengenal Allah, maka cara pandang terhadap dunia akan berbeda. Tidak perlu khawatir jika semua teman lama menghilang dan menjauh. Akan ada teman-teman baru yang datang tak hanya berteman, tetapi menguatkan iman.