REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Muslim di Indonesia akan merayakan tahun baru Islam atau 1 Muharram tahun ini pada 20 Agustus dengan berbagai tradisi. Begitu juga Muslim di dunia yang punya budaya tersendiri dalam menyambut 1 Muharram.
Dalam catatan sejarah, 1 Muharram dikenal sebagai peristiwa saat Nabi Muhammad hijrah dari Makkah ke Madinah. Tanggal itu lalu menjadi hari pertama di kalender Hijriyah dan ditetapkan sebagai tahun baru Islam. Dirangkum dari berbagai sumber, berikut ini budaya perayaan 1 Muharram di berbagai penjuru dunia.
Maroko
Muslim Maroko biasa menyambut 1 Muharram dengan saling membagikan kue khas Maroko kepada tetangga dan keluarga. Selama ratusan tahun, Muslim Maroko mempertahankan tradisi saling membawakan roti. Sebagian Muslim Maroko juga mengadakan upacara peringatan tahun baru di tanah terbuka.
Amerika Serikat
Walau berstatus minoritas, Muslim di Amerika ikut merayakan datangnya 1 Muharram. Dilansir dari Washington Times, Imam Johari Abdul-Malik dari Pusat Islam Dar al-Hijrah menyebut tahun baru Islam dirayakan sebagai hari libur budaya, bukan perayaan religius, khususnya di Washington DC.
Mayoritas Muslim biasa merayakan liburan Muharram dengan menghadiri sesi doa di masjid lalu menghabiskan waktu bersama keluarga. Muslim Amerika menjadikan momen ini untuk merefleksikan diri.
Malaysia
Muslim Malaysia merayakan 1 Muharram lewat berdoa dan membaca Surat Yasin di masjid seperti halnya di Indonesia. Bahkan sebagian pembacaan Yasin dilakukan dalam format pengajian besar-besaran.
Arab Saudi
Walau berstatus negara mayoritas Muslim, Arab Saudi ternyata tak mengenal perayaan 1 Muharram besar-besaran. Muslim Saudi cenderung menghabiskan waktu bersama keluarga karena 1 Muharram masuk hari libur nasional.
Muslim Saudi seperti di Indonesia hanya menggelar doa di masjid. Muslim Saudi juga menjadikan datangnya 1 Muharram sebagai bentuk refleksi diri dan ucapan syukur.
Irak
Muslim Irak menyambut 1 Muharram dengan mengenang perjuangan cucu Rasulullah, Imam Hussein. Bahkan 10 Hari Muharram disebut hari-hari kesedihan dan duka.
Muslim Irak menghabiskan malam 1 Muharram dengan menceritakan kisah Imam Hussein. Tangis haru biasanya pecah dari para Muslim yang hadir. Kalangan Syiah biasanya memukuli diri mereka dengan rantai besi sebagai tanda kesedihan.
Iran
Seperti halnya Muslim Irak, Muslim Iran menjadikan 10 hari pertama Muharram dengan upacara mengenang perjuangan Imam Huseein. Salah satu bentuk rasa sedih dihadirkan lewat pertunjukkan teater Taziyeh bertajuk pertempuran Karbala, mengisahkan tentang Imam Hussein yang dibunuh.
Belakangan, ritual teater Taziyeh masuk sebagai Warisan Budaya UNESCO. Sehingga kegiatan ini justru menjadi atraksi pariwisata.
Tunisia
Kondisi berbeda dialami Muslim di Tunisia, Afrika Utara yang justru tak punya perayaan spesial ketika 1 Muharram. Padahal 1 Muharram merupakan hari libur disana. Muslim Tunisia cenderung melewatkan momen ini bersama keluarga.