Rabu 12 Aug 2020 19:54 WIB

Muslim Uighur Sebut China Robohkan Masjid

Dua masjid yang dihancurkan ialah Masjid Azna dan Destangah di Suntagh.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Ani Nursalikah
China Robohkan Dua dari Tiga Masjid di Xinjiang. Seorang lelaki Uighur memasuki Masjid Id Kah untuk melaksanakan shalat  di kota tua Khasgar, Daerah Otonomi Xinjiang Uighur, China.
Foto:

Dalam sejarahnya, Dinasti Tang China pertama kali mengenal Islam pada abad ketujuh, lebih dari 1.000 tahun sebelum Dinasti Qing menetap di tempat yang sekarang disebut Xinjiang. China kini menjadi rumah bagi lebih dari 22 juta Muslim, termasuk sekitar 11 juta orang Uighur.

Sementara itu, masjid dan situs keagamaan lainnya di Xinjiang telah rusak parah selama pergolakan politik pada Revolusi Kebudayaan di China pada 1966-1976. Sejak 2016, pemerintah China telah secara sistematis menghancurkan masjid, pemakaman, serta bangunan dan situs keagamaan lainnya di seluruh Xinjiang.

Investigasi yang dilakukan oleh Agence France-Presse mengungkapkan setidaknya 45 pemakaman di Xinjiang telah dihancurkan dari 2014 hingga Oktober lalu, dengan 30 di antaranya diratakan sejak 2017. Situs tersebut diubah menjadi taman atau tempat parkir, atau tetap menjadi lahan kosong.

Tahun lalu, Proyek Hak Asasi Manusia Uighur (UHRP) yang berbasis di Washington menerbitkan sebuah laporan yang merinci kampanye ini, yang berjudul "Menghancurkan Keyakinan: Penghancuran dan Penodaan Masjid dan Kuil Uyghur." Proyek tersebut menggunakan geolokasi dan teknik lain untuk menunjukkan di mana saja antara 10 ribu dan 15 ribu masjid, tempat suci, dan situs keagamaan lainnya di wilayah tersebut yang dihancurkan antara 2016 dan 2019.

Dalam beberapa kasus, hanya kubah dan menara yang dihilangkan dari struktur tertentu. Sementara pada kasus lain, elemen khas Islam seperti bintang dan bulan sabit, kubah, dan plakat kitab suci dihapus. Dalam beberapa kasus, seluruh masjid juga telah dirobohkan.

Di sisi lain, China tidak memberikan tanggapan resmi atas laporan tersebut atau klaim tentang kerusakan besar-besaran dan meluas yang telah dilakukannya. Namun, otoritas China terus membawa pengunjung internasional ke masjid seperti Id Kah di Kashgar, serta ke situs keagamaan lain di sekitar wilayah tersebut.

China juga menerbitkan artikel yang menggambarkan masjid di media yang dikelola pemerintah. Semuanya itu guna mendukung saluran resmi bahwa Uighur menikmati kebebasan beragama di wilayah tersebut.

Terlepas dari citra satelit yang membuktikan sejumlah masjid telah dihancurkan, pihak berwenang China terus membantah pembongkaran skala besar dalam upaya menyembunyikan skala kehancuran itu dari komunitas internasional.

Baru-baru ini, juru bicara Kementerian Luar Negeri China menunjukkan dalam pernyataan resmi bahwa terdapat lebih banyak masjid di XUAR daripada di seluruh Amerika Serikat. Selain itu, Kedutaan Besar China di Ankara, Turki, mengeluarkan pernyataan yang mengklaim ada satu masjid untuk setiap 500 orang di Wilayah Uighur.

 

Otoritas China meninggalkan satu masjid berdiri di banyak komunitas di mana dulunya terdapat puluhan. Para analis berspekulasi pihak berwenang telah secara selektif membiarkan beberapa masjid berdiri di XUAR sebagai ajang pertunjukan, ketimbang memberikan kebebasan kepada penduduk setempat untuk mempraktikkan agama. 

https://www.rfa.org/english/news/uyghur/mosques-08112020151621.html

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement