Senin 08 Jun 2020 07:32 WIB

Pahala Mencintai Allah

Ampunan Allah SWT sangat luas, sepanjang hamba-Nya mau bertobat.

Mencintai Allah (ilustrasi).
Foto: Wordpress.com
Mencintai Allah (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Dr KH Syamsul Yakin MA

Ada dua pahala mencintai Allah SWT. Pertama, Allah SWT  balas mengasihi. Kedua, Allah SWT mengampuni segala dosa. Allah SWT serukan, “Katakanlah, ‘Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku. Niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu’. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Ali Imran/3: 31).

Pengarang Tafsir Jalalain  menggambarkan bahwa ayat ini merupakan dialog antara Allah SWT dan Nabi SAW. Dalam Tafsir Munir karya Syaikh Nawawi Banten terungkap bahwa Nabi SAW diperintahkan untuk berkata kepada orang-orang Yahudi, “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku.”

Orang-orang Yahudi berkata, “Muhammad menginginkan kita menjadikannya sebagai Tuhan yang penyayang seperti halnya orang-orang Nasrani menjadikan Isa  sebagai Tuhan yang penyayang”. Menurut Syaikh Nawawi Banten, ungkapan itulah yang menjadi sebab turunnya ayat di atas. Namun begitu buat kita yang hidup di zaman kiwari ayat ini masih relevan.

Terkait pahala pertama, terdapat sebuah hadits Qudsi yang membuat bahagia, “Barangsiapa yang memusuhi wali-Ku, maka Aku mengumumkan perang terhadapnya. Tidak ada yang paling Aku cintai dari seorang hamba kecuali beribadah kepada-Ku dengan sesuatu yang telah Aku wajibkan kepadanya.”  Wali dalam hadits Qudsi ini bermakna kekasih.

Selanjutnya, “Adapun jika hamba-Ku melaksanakan yang sunah, niscaya Aku akan mencintainya. Jika Aku telah mencintainya, maka Aku adalah pendengarannya yang dia gunakan untuk mendengar, penglihatannya yang dia gunakan untuk melihat, tangannya yang digunakan untuk memukul, dan kakinya yang digunakan untuk berjalan.” 

Tak sampai di situ, “Jika dia meminta kepada-Ku niscaya akan Aku berikan dan jika dia minta perlindungan dari-Ku niscaya akan Aku lindungi.“ (HR. Bukhari). Untuk bisa sampai pada tahap seperti ini, menurut ayat di atas, syaratnya adalah mengikuti sunah, baik qauliyah (perkataan), fi’liyah (perbuatan), maupun taqririyah (ketetapan) Nabi SAW.

Terkait hal ini, Allah SWT berfirman, “Barangsiapa yang menaati rasul itu, sesungguhnya ia telah mentaati Allah.” (QS. al-Nisa/4: 80). Nabi SAW menegaskan, “Barangsiapa yang taat kepadaku berarti ia telah taat kepada Allah dan barangsiapa yang durhaka terhadapku maka ia telah durhaka terhadap Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Tentang pahala kedua sebagai balasan mencintai Allah SWT, Nabi SAW bersabda, “Seorang hamba yang berbuat dosa berkata, ‘Ya Allâh, ampunilah aku.’ Allah SWT berfirman, ‘Hamba-Ku berbuat dosa dan ia tahu bahwa ia mempunyai Tuhan yang mengampuni dosa dan menyiksa karenanya.’  

Kemudian hamba tersebut berbuat dosa lagi, lalu berkata, ‘Ya Tuhanku, ampunilah dosaku’. Allah SWT berfirman, ‘Hamba-Ku berbuat dosa dan ia tahu bahwa ia memiliki Tuhan yang mengampuni dosa dan menyiksa karenanya’. Kemudian hamba tersebut berbuat dosa lagi, lalu berkata, ‘Ya Tuhanku, ampunilah dosaku’.

Allah SWT berfirman, ‘Hamba-Ku berbuat dosa dan ia tahu bahwa ia memiliki Tuhan yang mengampuni dosa dan menyiksa karenanya, berbuatlah sesukamu, Aku telah mengampunimu.” (HR. Bukhari dan Muslim). Hadits ini menunjukkan betapa luasnya ampunan Allah SWT sepanjang orang tersebut masih mau meminta ampun.

Selain itu, Allah SWT melarang manusia  berputus asa dari ampunan-Nya. Allah SWT sampaikan, “Katakanlah, ‘Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya.” (QS. al-Zumar/39: 53).

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement