Selasa 13 May 2025 13:23 WIB

Kurban adalah Bukti Cinta

Ibadah kurban adalah bukti bahwa seorang hamba mencintai Allah SWT.

Ilustrasi distribusi daging kurban. Melaksanakan kurban pada Idul Adha adalah bukti cinta kepada Allah
Foto: Republika/mgrol101
Ilustrasi distribusi daging kurban. Melaksanakan kurban pada Idul Adha adalah bukti cinta kepada Allah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Allah SWT telah mengagungkan Idul Adha sebagai hari yang mulia. Di hari itu, setiap Muslim diperintahkan untuk melakukan berbagai kebaikan, salah satunya berkurban.

Ibadah kurban mengandung nilai historis yang penuh dengan keteladanan. Sebagaimana yang kita ketahui, Allah SWT telah menguji keimanan hamba-Nya yang mulia, yakni Nabi Ibrahim AS dan putranya Nabi Ismail AS. Kedua hamba saleh itu telah membuktikan ketaatan dan keimanan yang begitu besar kepada-Nya.

Baca Juga

Rasa cinta yang begitu besar kepada Allah SWT telah meringankan hati Nabi Ibrahim AS melaksanakan perintah-Nya. Pun begitu dengan Nabi Ismail AS. Meski usianya masih muda, ketaatannya kepada perintah Allah amatlah matang.

Kisah besar telah mengajarkan kita bahwa jangan sampai karena kecintaan terhadap keluarga, anak, istri, bahkan harta mengalahkan kecintaan kita terhadap Allah SWT.

Allah SWT menegaskan, "Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikanmu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang rugi" (QS al-Munaafiqun: 9).

Berkurban termasuk sedekah yang besar pahalanya. Selain sebagai bukti kecintaan kepada Allah SWT, juga merupakan bentuk rasa syukur atas limpahan nikmat-Nya. Jika kita mempunyai kelebihan rezeki, hendaknya jangan ragu-ragu melaksanakan kurban.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

Dengan berkurban, kita bisa menumbuhkan solidaritas, kepedulian, dan membahagiakan sesama yang kurang beruntung. Firman-Nya, “.... Maka makanlah sebahagiannya (daging kurban) dan beri makanlah orang yang merasa cukup dengan apa yang ada padanya (yang tidak meminta-minta) dan orang yang meminta.” (QS al-Hajj: 36).

Janganlah menunda-nunda kesempatan melakukan kebaikan. Kita tak pernah tahu, apakah usia kita akan cukup hingga kesempatan berkurban datang lagi? Saat seseorang datang kepada Nabi SAW dan bertanya, “Wahai Rasulullah, sedekah apakah yang paling besar pahalanya?”

sumber : Hikmah Republika oleh Agus Sopian
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement