Jumat 22 May 2020 12:48 WIB

Enam Alur Membuat Santri Kasmaran Belajar di Darul Akhyar

Tiga di antaranya adalah diajarkan, dibiasakan, dan dilatih konsisten.

Dr KH Syamsul Yakin MA (tengah, berbaju putih dan memegang sorban) bersama para santri Ponpes Darul Akhyar Parungbingung, Depok.
Foto: Dok Ponpes Darul Akhyar
Dr KH Syamsul Yakin MA (tengah, berbaju putih dan memegang sorban) bersama para santri Ponpes Darul Akhyar Parungbingung, Depok.

REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK – bagaimanakah caranya agar santri betah belajar di pondok pesantren. Bila hal ini ditanyakan kepada Pengasuh Pondok Pesangren Darul Akhyar Parungbingung, Depok, Dr KH Syamsul Yakin MA, maka ia bisa menyodorkan jawabannya. “Anam enam alur yang membuat santri kasmaran belajar di Pondok Pesantren Darul Akhyar Kampung Parungbingung, Kelurahan Rangkapan Jaya Baru, Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok, Jawa Barat,” kata Syamsul Yakin dalam rilis yang diterima Republika.co.id.

Alur pertama, DIAJARKAN. “Santri diajarkan tentang cara belajar dengan metode teranyar dan kerugian tidak rajin belajar pada jangka dekat, menengah, dan akan datang,” ujarnya.

Alur kedua, DIBIASAKAN. “Santri dibiasakan membaca buku pada waktu luang, antre makan dan mandi, atau sebelum tidur. Santri dibiasakan  membaca buku teringan baik materi maupun  bahasanya,” tuturnya.

Alur ketiga, DILATIH KONSISTEN. ‘Santri dilatih konsisten mambaca buku tertentu, baik terkait pelajaran pesantren atau bacaan umum. Santri diarahkan membuat resensi sebagai laporan,” paparnya.

Alur keempat,  MENJADI KEBIASAAN. “Setelah melewati tiga alur di atas, kegiatan membaca buku menjadi kebiasaan. Karena menjadi kebiasaan, maka kalau tidak membaca akan terasa ada yang tidak biasa,” ungkapnya.

Alur kelima,  MENJADI KEBUTUHAN. “Bagi santri,  membaca buku bukan lagi jadi beban tetapi jadi kebutuhan. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut tak ada jalan lain selain membaca,” ucapnya.

Alur keenam,  MENJADI KARAKTER. “Santri mempunyai respons spontan membaca buku untuk memenuhi rasa ingin tahu. Karakter santri pembaca buku setiap saat ini membuatnya  merasa kasmaran belajar,” tegasnya.

Syamsul Yakin mengemukakan, diharapkan setelah melewati enam alur di atas, santri memiliki budaya membaca yang baik sebelum pulang ke rumah. “Pada saat menyampaikan pesan-pesan agama santri tak lepas dari buku yang dibacanya,” tuturnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement