Kamis 21 May 2020 06:53 WIB

Muhammadiyah Berkembang di Negeri Sakura

Muhammadiyah menjalin hubungan cukup baik dengan berbagai komunitas di Jepang.

Muhammadiyah Berkembang di Negeri Sakura
Foto:

Muhammadiyah dan Penyebaran Islam di Jepang

Bisa disimpulkan bahwa Muslim di Jepang memiliki keterlibatan yang cukup aktif di tengah masyarakat Jepang, termasuk warga atau simpatisan Muhammadiyah. Sepengamatan Kunta, mereka tersebar sebagai pekerja di kantor-kantor dan perusahaan, pabrik, dan kampus-kampus.

Di samping itu, Kunta pun mengatakan bahwa Muhammadiyah secara khusus memperoleh sorotan dari salah seorang mantan Ketua Japan Muslim Association, Khalid Kaguchi Mimasaka. Menurut Mimasaka, Muhammadiyah berperan besar dalam penyebaran Islam dengan membentuk persepsi masyarakat Jepang bahwa Islam adalah agama yang damai dan tidak mudah menyalahkan mereka yang berbeda keyakinan ataupun pandangan hidupnya.

“Dia mengatakan bahwa orang Muhammadiyah tidak gampang mengkafir-kafirkan orang lain, toleran, dan tidak mudah mengharam-haramkan. Berbeda dengan kaum muslimin yang berlatarbelakang budaya lain yang juga sama-sama tinggal di Jepang. Begitu menurutnya,” kata pria kelahiran Kauman, Yogyakarta ini.

Meskipun dianggap belum sebesar PCIM negara lain, kegiatan Dakwah PCIM Jepang cukup berjalan baik. Selain dengan pertemuan dan silaturahmi yang dilakukan antaranggota, PCIM Jepang juga memanfaatkan sarana online untuk melangsungkan kajian dan pengajian atau melakukan rihlah (kunjungan) yang digagas oleh Ustadz Mimasaka.

Sebagian besar penggiat PCIM Jepang, menurut Kunta, saat ini bermukim di daerah Kanto (Tokyo dan sekitarnya). “Tetapi alhamdulilah, mulai akhir 2016 lalu, beberapa penggiat Muhammadiyah yang tinggal di Kota Fukuoka, sebuah kota Jepang bagian Selatan, sudah berinisiatif mempersiapkan berdirinya Pimpinan Ranting Istimewa Muhammadiyah (PRIM) Fukuoka, Jepang,” imbuhnya.

PCIM Jepang juga menjalin hubungan cukup baik dengan berbagai komunitas di Jepang, salah satunya dengan Japan Muslim Association (JMA). “Apalagi dengan komunitas Muslim Indonesia. PCIM Jepang bahkan pernah diminta Kedutaan Besar Republik Indonesia di Tokyo (KBRI Tokyo) untuk mendatangkan ahli dalam penentuan awal bulan Ramadhan,” tukas Kunta.

Tantangan Muslim Jepang

Menurut Kunta, fenomena Islamophobia tidak banyak ditemukan di Jepang. “Terutama karena masyarakat Jepang kebanyakan suka membaca dan mencari informasi secara detail, sehingga tidak mudah terpengaruh oleh isu-isu negatif yang berkembang dalam hal apa saja, termasuk terkait dengan Islam,” terang Kunta.

Meskipun di awal 2015 ada 6 masjid dan 1 organisasi keislaman di Jepang yang memperoleh ancaman oleh orang tak dikenal setelah adanya kasus penyanderaan warga negara Jepang oleh kelompok militan ISIS yang berakhir pada terbunuhnya dua warga Jepang tersebut. “Namun secara umum, kaum muslimin di Jepang tidak pernah bermasalah dalam berinteraksi dengan penduduk setempat dan pemerintah Jepang,” tegasnya.

 

Di sisi lain, tantangan Muslim Jepang menurut Kunta adalah bagaimana mengubah persepsi negatif kepada Muslim secara umum. Persepsi tersebut dapat diubah ketika Muslim di Jepang mampu memiliki peran yang besar, terlebih di kancah Internasional.

Contohnya, dengan bersumbangsih di perusahaan-perusahaan di Jepang, menjadi pengusahapengusaha berkinerja positif di kancah bisnis Jepang, atau berperan penting dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya di Jepang. “Itulah kira-kira yang menjadi pekerjaan rumah kaum Muslim di Jepang saat ini,” pungkas Kunta.

Sumber: https://www.suaramuhammadiyah.id/2020/05/20/muhammadiyah-berkembang-di-negeri-sakura/

 

sumber : Suara Muhammadiyah
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement