Jumat 15 May 2020 03:16 WIB

Pandemi Hingga Perang Ubah Tradisi Ibadah Umat Muslim

Sejumlah peristiwa penting yang terjadi sepanjang sejarah mengubah tradisi ibadah.

Rep: Mimi Kartika/ Red: Nur Aini
Jamaah dengan jumlah terbatas melaksanakan shalat dengan menjaga jarak di Masjidil Haram, Makkah, Selasa (5/5). Selama pandemi Covid-19 kerajaan Arab Saudi menutup akses kedua masjid suci dari umum
Foto: Saudi Press Agency/Handout via Reuters
Jamaah dengan jumlah terbatas melaksanakan shalat dengan menjaga jarak di Masjidil Haram, Makkah, Selasa (5/5). Selama pandemi Covid-19 kerajaan Arab Saudi menutup akses kedua masjid suci dari umum

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Pandemi Covid-19 memaksa terjadi perubahan drastis di penjuru dunia. Tak terkecuali bagi kaum Muslim di seluruh dunia yang menyesuaikan diri dengan realitas baru dalam menjalankan ibadah.

Pandemi virus corona membuat populasi Muslim dunia, sekitar 2 miliar orang, menjalani bulan suci Ramadhan dengan cara-cara baru. Mereka menahan diri dari pertemuan sosial berbuka puasa bersama, tidak melakukan ibadah bersama di masjid, dan bahkan memberikan amal jarak jauh.

Baca Juga

Di sebagian besar negara mayoritas Muslim, masjid telah ditutup. Shalat Jumat, yang mengumpulkan hingga ribuan jamaah pada suatu waktu pun, telah ditangguhkan untuk menekan penyebaran virus corona.

Ibadah umrah yang biasanya berlangsung sepanjang tahun di Masjidil Haram, Makkah, Arab Saudi, ditangguhkan tanpa batas waktu. Arab Saudi mengumumkan, shalat Tarawih di Masjidil Haram dan Al-Masjid an-Nabawi, masjid Nabi Muhammad di Madinah, berlangsung tanpa kehadiran jamaah.

Hanya staf masjid yang melakukan shalat malam. Langkah-langkah dengan jarak jauh ini tidak biasa dalam sejarah Islam 1.400 tahun, tanpa bukti yang dapat diverifikasi, pertemuan massa telah ditangguhkan pada skala ini selama Ramadhan.

Namun, ada kalanya pertemuan-pertemuan keagamaan massal dihentikan sebagian atau seluruhnya di dunia Muslim. Asisten Profesor di Pusat Penelitian untuk Legislasi dan Etika Islam di Universitas Hamad Bin Khalifa di Doha, Qatar, Mutaz Al-Khatib mengatakan, penutupan masjid atau pertemuan massa telah terjadi berkali-kali karena beberapa alasan.

"Penutupan masjid atau membatalkan pertemuan massal ... telah terjadi berkali-kali karena alasan yang berbeda," Mutaz Al-Khatib dikutip Aljazirah, Kamis (14/5).

Ia menjelaskan, perang, bencana alam seperti banjir, dan epidemi sebelumnya telah menghentikan acara keagamaan. Berikut adalah beberapa contoh sepanjang sejarah ketika umat Islam telah mengubah tradisi di tengah keadaan kritis.

Serangan Qarmatian, 930

Ziarah tahunan haji dibatalkan setelah pemimpin suku Qarmatian, yang berbasis di Arab timur (sekarang Bahrain), menyerang Makkah dengan cara yang belum pernah terjadi sebelumnya. Sekitar 30 ribu orang terbunuh.

"Serangan Qarmatian adalah insiden penting ... itu adalah momen yang cukup besar dalam sejarah Islam," kata seorang sarjana Islam dan kepala imam di Islamic Centre of Ireland di Dublin, Umar al-Qadri.

"Abu Tahir al-Jannabi, yang memimpin serangan itu, tidak hanya menyerang Makkah dan shalat ditunda, (dia) juga tidak menghormati simbol-simbol Islam yang sangat sakral," lanjut dia.

Sebuah batu yang diletakkan di sudut Ka'bah, Batu Hitam, dijarah dan potongan-potongannya dicuri. Kelompok itu juga menodai Sumur Zamzam yang suci, yang dekat dengan Ka'bah, dengan melemparkan mayat peziarah yang terbunuh.

Setelah serangan itu, ibadah haji ditunda. Batu Hitam akhirnya dikembalikan ke Makkah sekitar 20 tahun kemudian.

Wabah Kolera, abad ke-19

Wabah kolera yang menghancurkan beberapa kali sepanjang abad ke-19 menyebabkan penangguhan haji, termasuk haji tahun 1837 dan 1846. Setelah penyakit itu kembali pada 1865 di Hejaz, Arab Saudi, diadakan konferensi internasional di Konstantinopel, Istanbul modern.

Konferensi itu memutuskan, pelabuhan karantina akan didirikan di tempat-tempat seperti Sinai dan Hijaz untuk membantu membatasi penyebaran penyakit. Sebab, para peziarah mengatur perjalanan mereka untuk melakukan haji.

Antara 1830 dan 1930, setidaknya ada 27 wabah kolera di antara jamaah haji di Makkah.

Perebutan Masjidil Haram, 1979

Sebuah kelompok bersenjata Saudi yang terdiri atas 400 hingga 500 orang merebut Masjidil Haram antara November dan Desember 1979. Mereka memaksa melakukan penutupan masjid setidaknya selama dua pekan.

Pengambilalihan itu dipimpin oleh seorang mantan tentara Saudi, Juhaiman bin Muhammad ibn Sayf al-Otaybi. Dia mengkritik keluarga kerajaan yang berkuasa dan menyerukan agar kembali ke apa yang ia anggap sebagai Islam asli.

Pengepungan akhirnya berakhir setelah pasukan Saudi merebut kembali masjid, dibantu oleh unit polisi taktis Prancis.

Wabah Ebola, 2014

Ketika wabah Ebola memuncak pada awal 2010-an, negara-negara di seluruh dunia mengambil langkah dengan menangguhkan penerbitan visa bagi beberapa negara Afrika Barat yang menjadi pusat virus. Pada 2014, Arab Saudi berhenti sementara mengeluarkan visa umrah dan haji untuk warga Guinea, Liberia, dan Sierra Leone. Wabah itu menewaskan lebih dari 11 ribu orang.

Perang Suriah, 2016

Pada 29 April, shalat Jumat dibatalkan di Kota Aleppo, Suriah. Hal itu dilakukan setelah serangkaian serangan udara yang dipimpin pemerintah menyebabkan masjid-masjid hancur.

Dewan agama meminta warga Aleppo menjauh dari masjid. Langkah itu pertama kali diambil di kota bersejarah tersebut.

"Untuk pertama kalinya di kota tertua di dunia, kota Islam Aleppo, dewan agama telah memutuskan untuk membatalkan shalat Jumat karena perang brutal terhadap kehidupan manusia," kata sebuah pernyataan bersama.

"Ini untuk menyelamatkan orang-orang yang telah menjadi target rezim (pemerintah) dan menyelamatkan orang lain dalam pembantaian ini," kata pernyataan itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement