REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) membidik pengumpulan zakat dari sektor milenial. Kalangan ini dinilai cukup prospektif lantaran mayoritasnya telah memiliki penghasilan yang gemilang.
Direktur Operasional Baznas Wahyu T Kuncahyono mengatakan, tahun ini Baznas secara khusus memberikan perhatian lebih terhadap pengumpulan zakat dari kalangan milenial. Apalagi, kata dia, tak sedikit kaum milenial yang berpenghasilan cukup dan bergerak di sektor usaha.
“Karena milenial sekarang ini sangat prospektif, kita kerahkan beragam cara untuk membidik (pengumpulan zakat dari) mereka,” kata Wahyu kepada Republika, di Kantor Baznas, Jakarta, Jumat (6/3).
Berdasarkan catatannya, dari total 200 ribu muzakki (pembayar zakat) yang melakukan transaksi di Baznas, jumlah milenial yang melakukan transaksi sebesar 40 persennya. Artinya, fakta tersebut dinilai cukup menjadikan bukti mengapa kalangan milenial perlu dibidik lebih jauh.
Saat ini, menurut dia, Baznas tengah mengembangkan program digitalisasi zakat. Program tersebut salah satunya diadakan guna menyasar kalangan milenial yang kerap diidentikan dengan gaya hidup gawai. Sehingga pihaknya telah menjalin sejumlah kerja sama dengan beberapa perusahaan rintisan (start up), seperti Gojek, OVO, hingga start up e-commerce.
Tak hanya itu, kata dia, pendekatan digitalisasi zakat ini juga telah diupayakan menggandeng para pemerintah daerah (pemda). Sehingga pengumpulan zakat melalui platform digital pun dapat dimasukkan menjadi program-program pemda setempat.