REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- "Ya Allah, kasihanilah dia karena shalat yang panjang diselingi tangisan di tengah kedinginan malam yang sepi ketika orang-orang lain sedang nyenyak dibuai mimpi. Ya Allah, kasihanilah dia yang sering menahan lapar dan dahaga ketika bertugas jauh dari Madinah atau Makkah dalam menunaikan ibadah puasa kepada-Mu. Ya Allah, aku menyerahkannya di bawah pemeliharaan-Mu, aku rida dengan apa yang telah Engkau tetapkan bagiku dan baginya, serta berilah kami pahala orang-orang yang sabar."
Itulah doa yang terucap dari lisan Asma' binti Abu Bakar as-Siddiq ketika putranya, Abdullah bin Zubair, gugur di medan perang fisabilillah. Saudara perempuan Aisyah, istri Rasulullah SAW ini, memang dikenal sebagai wanita sekaligus ibu yang istikamah. Bersama suaminya, Zubair bin Awwam, ia pun berjuang bersama Rasulullah. Sementara, putranya, sejak kecil, ia didik menjadi mujahid yang gigih mempertahankan kebenaran.
Asma' juga dikenal sebagai sosok yang dermawan. Saat Rasulullah SAW hijrah dari Makkah ke Madinah, ia tidak meninggalkan satu sen pun harta untuk keluarganya, tetapi dibelanjakan keseluruhannya untuk Allah SWT dan Rasulullah. Putranya, Abdullah, sangat kagum atas pengorbanan dan kedermawanan sang bunda.
Dalam satu riwayat, Abdullah berucap, "Aku belum pernah melihat wanita yang sangat pemurah melebihi ibuku, termasuk Aisyah ra. Beliau (Aisyah) mengumpulkan apa yang diperolehnya sedikit demi sedikit, setelah itu barulah dinafkahkannya kepada mereka yang memerlukan. Sedangkan, ibuku, dia tidak pernah menyimpan sedikit pun hingga hari esok."
Rasulullah bahkan menjuluki Asma' sebagai dzatun nithaqain, artinya wanita yang mempunyai dua tali pinggang. Pujian ini diberikan atas pengorbanan dan keberanian Asma' yang tiada bandingannya dalam peristiwa Hijrah. Asma' rela bersusah payah menyediakan perbekalan makanan dan minuman buat Rasulullah SAW dan Abu Bakar as-Siddiq.
Bersama suaminya, Asma' berhasil membentuk keluarga sakinah mawaddah wa rahmah. Keluarga yang penuh rahmat dan kasih sayang ini tercipta bukan karena harta yang melimpah ruah, melainkan limpahan berkah dan rahmat dari Allah SWT. Hal ini terjadi karena kecintaan keluarga ini yang tiada tara kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW. Dari keluarga ini pula, lahirlah syuhada yang gagah berani.
Asma' dan suaminya hijrah ke Madinah saat Abdullah bin Zubair masih di dalam kandungan. Setelah melalui perjalanan yang jauh dan berbahaya, sampailah mereka di Quba'. Kelahiran anak pasangan ini disambut dengan penuh rasa syukur.
Kepada putranya, Asma’ memberikan banyak keteladanan. Dalam didikannya pula, kepribadian Abdullah bin Zubair dibentuk. Beliau adalah sosok ibu yang sangat memahami perannya dalam melahirkan generasi masa depan.