Jumat 28 Feb 2020 22:23 WIB

KH Zainal Mustafa, Berdakwah Melawan Penjajah (2)

KH Zainal Mustafa gugur ketika melakukan perlawanan terhadap penjajah.

Rep: Muhyiddin/ Red: Muhammad Hafil
KH Zaenal Mustofa, pahlawan asal Singaparna.
Foto: IST
KH Zaenal Mustofa, pahlawan asal Singaparna.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Karena berasal dari keluarga yang berkecukupan, Zainal pun mendapatkan kesempatan untuk menunaikan ibadah haji ke Makkah. Di tanah suci, Zainal pun banyak belajar ilmu agama dari beberapa ulama dari berbagai belahan dunia.

Sudah lama Kiai Zainal bercita-cita untuk mendirikan pesantren. Karena itu, setelah berada di tanah air dia pun mendirikan Pesantren Sukamanah pada 1927. Kiai Zainal mendirikan pesantren ini di Kampung Sukamanah Desa Sukarapih, Kecamatan Singaparna, Tasikmalaya.

Baca Juga

Nama Sukamanah merupakan nama pemberian dari orang yang mewakafkan tanah pesantren tersebut. Beberapa tahun kemudian, pada 1933 Kiai Zainal bergabung dengan organisasi yang didirikan oleh KH Hasyim Asy'ari, Nahdhatul Ulama (NU). Karena keilmuannya yang tinggi, Kiai Zainal diangkat sebagai wakil Rais Syuriah NU Cabang Tasikmalaya.

Kiai Zainal merupakan seorang ulama muda yang berjiwa revolusioner. Pada 1940, Kiai Zainal secara terang- terangan mengadakan kegiatan dakwah yang memacu semangat kebangsaan melawan penjajah. Melalui khutbah-khutbahnya dia tegas menolak sikap penjajah yang terjadi di bangsanya.

Pada 17 November 1941, Kiai Zainal bersama para ulama lainnya kemudian ditangkap Belanda karena tuduhan telah menghasut rakyat untuk memberontak terhadap pemerintahan Hindia Belanda. Ulama yang ditangkap bersamanya adalah Kiai Rukhiyat dari Pesantren Cipasung, Haji Syirod, dan Hambali Syafei. Mereka kemudian ditahan di Penjara Tasikmalaya dan sehari kemudian di pindahkan ke Penjara Sukamiskin, Bandung.

Pada 10 Januari 1942, mereka dibebaskan dari penjara. Kendati demikian, Kiai Zainal tak menghentikan aksinya untuk berdakwah melawan penjajah. Akhirnya, sebulan kemudian Kiai Zainal ditangkap lagi bersama Kiai Rukhiyat atas tuduhan yang sama dan dimasukkan ke penjara Ciamis.

Pada 8 Maret 1942, Belanda menyerah kepada Jepang, Indonesia pun dikuasai oleh Jepang. Akhirnya Kiai Zainal dibebaskan oleh Jepang dengan harapan dapat membantu penjajah Jepang. Namun, Kiai Zainal tidak pernah bekerja sama dengan penjajah baru tersebut.

Kiai Zainal justu memperingatkan para pengikut dan santrinya bahwa fasisme Jepang itu lebih berbahaya dari imperialisme Belanda. Bahkan, dia menentang dengan terang-terangan ajaran Jepang yang bertentangan dengan agama.

Kiai Zainal juga menolak melakukan seikerei, yaitu memberi hormat kepada kaisar Jepang dengan membungkukkan diri 90 derajat (seperti ruku dalam shalat) kearah matahari terbit. Perbuatan tersebut dianggap bertentangan dengan ajaran Islam. Penolakan ini juga pernah dilakukan Kiai Hasyim Asy’ari.

Pernah dalam suatu upacara di lapangan Singaparna, para peserta yang diundang termasuk Kiai Zainal dipaksa untuk melakukan seikerei di bawah todongan senjata Jepang. Semua peserta upacara tidak kuasa menolak karena merasa nyawanya terancam.

Namun, Kiai Zainal dengan tegas menolak dan tetap duduk dengan tenang. Akibat perbuatannya tesebut kemudian menimbulkan ketegangan antara penguasa Jepang dengan Kiai Zainal serta para pengikutnya. Berdasarkan cerita turun-temurun di keluarganya, ketika menolak seikerei itu, Kiai Zainal sempat ditembak, tapi tembakan serdadu Jepang tak berhasil membunuhnya.ntren di tanah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement