REPUBLIKA.CO.ID, Dalam khazanah peradaban Islam, nama Rabi’ah al-Adawiyah harum sebagai seorang sufi perempuan pertama. Sosok bernama lengkap Ummu al-Khair bin Ismail al-Adawiyah al-Qisysyiyah itu lahir pada suatu malam di Basrah (Irak) pada 717 Masehi. Ayah dan ibunya berasal dari suku Atiq yang bersahaja.
Sururin dalam Rabi’ah al-Adawiyah Hubb al-Illahi (2000), membeberkan doa-doa yang pernah dipanjatkan Rabi’ah al-Adawiyah dikenang abadi sebagai untaian kata-kata yang menawan. Dari sana, tergambar bagaimana kedudukan perempuan sufi tersebut. Hatinya kerap dinaungi perasaan ikhlas dalam menjalani kehidupan yang semata-mata demi Allah.
Salah satu doanya melukiskan betapa Rabi’ah berharap pertemuan yang abadi dengan Wajah Sang Kekasih (Sururin, 2000:168-9). Semakin larut malam-malam yang dilaluinya, dan semakin hari menjumpai pagi, hati Rabi’ah semakin mabuk akan hubungan rohani yang intens.
Ya Allah
Aku berlindung pada Engkau
Dari hal-hal yang memalingkanku dari Engkau
Dan dari setiap hambatan
Yang akan menghalangi Engkau dariku
Ya Allah, Ya Tuhanku
Bintang-bintang telah bersinar
Orang-orang telah tertidur lelap
Raja-raja telah menutup pintu istananya
Kekasih telah pada menyepi
Namun aku tetap berdiri di hadapan-Mu
Ya Illahi,
Malam telah berlalu
Dan siang telah hilang
Andai malam selalu datang
Tentu aku akan bahagia
Demi keagungan-Mu
Walaupun Engkau tolak aku mengetuk pintu-Mu
Aku akan tetap menanti di depannya
Karena hatiku telah terpaut pada-Mu.