REPUBLIKA.CO.ID, MADINAH -- Sebagian ulama berpendapat bahwa dalam dunia ke-Islaman, Abu Bakar Shiddiq RA adalah manusia paling utama setelah Nabi Muhammad SAW. Ini karena dia memiliki banyak keutamaan yang lebih dibanding sahabat-sahabat Nabi lainnya.
Dia pun memiliki banyak keteledanan. Di antaranya soal kehati-hatian dalam menggunakan harta.
Dikisahkan oleh Ibnu Sirrin Rah.a, "Ketika menjelang ajalnya, Abu Bakar berkata kepada Aishah R.h.a, "Aku tidak suka menerima apapun dari Baitul Mal, tetapi Umar bin Khattab RA telah mendesakku untuk menerima gaji agar aku tidak diganggu oleh perdaganganku dalam mengurus kaum Muslimin. Maka aku terpaksa menerimanya. Oleh sebab itu, berikanlah kebunku itu sebagai ganti gajiku selama ini."
Setelah wafat, Aisyah segera mengutus orang kepada Umar yang telah menjadi khalifah menggantikan Abu Bakar. Dan, sesuai wasiat Abu Bakar, kebun itu diserahkan ke Baitul Mal (semacam lembaga keuangan kas negara).
Kemudian Umar berkata: "Semoga Allah merahmati Ayahmu. Ia tidak memberi peluang kepada siapapun untuk mengikutinya."
Maulana Muhammad Zakariyya Al Khandahlawi mengenai teladan Abu Bakar mengatakan, perlu direnungi kisahnya. Pertama, berapa besarkah uang gaji yang diambil Abu Bakar? itu pun karena paksaan para sahabat agar ia lebih fokus mengurusi kaum Muslimin dari pada memikirkan cara mencari nafkahnya. Abu Bakar juga sangat berhati-hati, pernah istrinya menabung sebagian gaji Abu Bakar tetapi sang suami malah menyuruh mengembalikannya ke kas negara.
Abu Bakar juga mengurangi gajinya sendiri sehingga ia hanya menerima benar-benar hanya yang diperlukan saja. Bahkan, ia mengganti apa yang telah ia terima dari baitul mal.
