Kamis 30 Jan 2020 18:29 WIB

Ketika Ibnu Taimiyah Memaafkan Sikap Para Pembencinya

Ibnu Taimiyah memaafkan para pembencinya meski pernah dikeroyok.

Rep: MgRol 127/ Red: Nashih Nashrullah
Ibnu Taimiyah memaafkan para pembencinya meski pernah dikeroyok.  Penganiayaan (Ilustrasi)
Ibnu Taimiyah memaafkan para pembencinya meski pernah dikeroyok. Penganiayaan (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,  Dalam kehidupan sehari-hari, selalu saja ada pihak yang tak menyukai kita. Benih-benih permusuhan pun sering kali dihembuskan, sekalipun kita tidak melakukan apa-apa bahkan tidak pernah menyakiti yang bersangkutan. 

Tak mudah berbesar hati dan memaafkan perilaku mereka yang memusuhi kita. Teladan yang dicontohkan Ibnu Taimiyah, barangkali bisa diterapkan. 

Baca Juga

Mengutip buku “20 Sebab Kenapa Harus Memaafkan”, karya DR Firanda Adirja, mengutip kitab al-Istighatsah fii ar-Radd ‘ala Al-Bakri disebutkan, perseteruan antara  Ibnu Taimiyyah dan al-Bakri cukup mengkristal karena sejumlah perbedaan. Karena kejadian ini, Ibnu Taimiyah pun membantah sikap al-Bakri. Maka akhirnya al-Bakri pun mengkafir-kafirkan Ibnu Taimiyah.  

Suatu ketika al-Bakri bersama murid-muridnya mendatangi Ibnu Taimiyah. Tatkala mereka bertemu di jalan, maka Ibnu Taimiyah diserang dan dikeroyok mereka. Melihat kejadian ini, prajurit kerajaan datang dan memisahkan mereka.  

Seketika itu pula al-Bakri dan murid-muridnya kabur. Maka tentara tersebut meminta izin kepada beliau untuk menghukum al-Bakri akibat perbuatannya. Akan tetapi Ibnu Taimiyah berkata, “Aku tidak mau membela diriku.”  Akan tetapi mereka tetap ingin agar menghukumi perbuatan Al-Bakri.  

Akhirnya Ibnu Taimiyah berkata,“Apakah menghukuminya merupakan hak saya, atau merupakan hak kalian atau merupakan hak Allah SWT? Jika hak tersebut adalah hak saya maka Al- Bakri telah saya maafkan. Jika hak menghukum adalah hak kalian maka jika kalian tidak mendengar nasihatku maka jangan meminta fatwa kepadaku, dan silahkan kalian melakukan apa yang kalian kehendaki. Dan jika hak adalah milik Allah maka Allah akan mengambil hak-Nya sesuai kehendak-Nya dan kapan saja Dia kehendaki.”  

Akan tetapi tentara masih bersikeras untuk menangkap al-Bakri. Maka tatkala tentara kerajaan mencari-cari Al-Bakri untuk dihukum, maka Al-Bakri pun lari dan bersembunyi di rumah Ibnu Taimiyah, tatkala beliau bermukim di Mesir hingga akhirnya Ibnu Taimiyah memberi pengampunan agar Raja mengampuni Aa-Bakri, dan akhirnya dia pun dimaafkan.   

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement