Sabtu 25 Jan 2020 12:00 WIB

Ketika Ibrahim bin Adham Patahkan Logika Orang Bermaksiat

Ibrahim bin Adham mematahkan logika orang yang hendak bermaksiat.

Rep: MgRol 127/ Red: Nashih Nashrullah
Ibrahim bin Adham mematahkan logika orang yang hendak bermaksiat. Ilustrasi ibadah di Masjid.   (ilustrasi)
Foto: Republika/ Tahta Aidilla
Ibrahim bin Adham mematahkan logika orang yang hendak bermaksiat. Ilustrasi ibadah di Masjid. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Ibnu Qayyim pernah mengatakan bahwa kebahagiaan yang Anda lakukan dalam berbuat dosa tanpa mengenal rasa malu kepada Allah SWT merupakan dosa besar di sisi-Nya. Demikian juga dosa masa lalu yang pernah dilakukan tanpa rasa malu kepada-Nya.  

Dalam buku Semulia Akhlak Nabi, Amru Khalid, menceritakan sebuah kisah renungan sebelum melakukan maksiat.  

Baca Juga

Ada seorang laki-laki datang kepada Ibrahim bin Adham, ia berkata, “Wahai Imam, saya ingin bertobat dan meninggalkan seluruh dosa yang saya miliki. Jika suatu saat saya kembali melakukannya, tunjukkanlah padaku terapi yang dapat menghindarkan aku dari bermaksiat kepada Allah.”  

Ibrahim bin Adham menjawab, “Jika Anda ingin bermaksiat kepada Allah, maka jangan melakukannya di atas bumi-Nya!“ Dengan heran, laki-laki itu kembali bertanya, “Di manakah saya dapat bermaksiat terhadap-Nya?”  

“Di luar bumi-Nya,” jawab Ibrahim bin Adham. Lalu laki-laki itu kembali bertanya, “Wahai Imam, bagaimana hal itu bisa terjadi sedangkan bola bumi ini ada dalam genggaman-Nya?”  

Lalu, Ibrahim bin Adham menjawab, “Tidakkah Anda malu bahwa bola bumi ini dalam genggaman-Nya namun engkau bermaksiat di atas bumi-Nya?” Ibrahim pun menambahkan, “Jika Anda ingin bermaksiat kepada-Nya, maka janganlah engkau memakan rezeki-Nya!” 

Kemudian, laki-laki itu kebingungan. Bagaimana dirinya bisa hidup jika tidak memakan rezeki dari-Nya. Ibrahim kembali bertanya kepada laki-laki itu, “Kalau gitu, tidakkah Anda malu memakan rezeki-Nya sementara Anda bermaksiat kepada-Nya?” 

Tanpa berhenti, Ibrahim pun menegaskannya. “Jika Anda bersikeras untuk bermaksiat kepada Allah, maka bermaksiatlah di suatu tempat yang Dia tidak akan melihatmu!”  

Laki-laki itu lagi-lagi menjawab, “Bagaimana bisa seperti itu, sedangkan Dia selalu bersama kita di mana pun kita berada?” 

Ibrahim bin Adham menjawab, “Tidakkah Anda malu bermaksiat kepada-Nya sedangkan Dia lebih dekat denganmu?“  

Ibrahim pun menasihati laki-laki itu. Jika ada malaikat maut yang datang kepadanya ketika sedang bermaksiat, Ibrahim menyarankannya untuk menunggunya sampai laki-laki itu bertaubat. 

“Tidakkah kamu malu saat didatangi malaikat, engkau dalam keadaan sedang bermaksiat?” tanya Ibrahim lagi.  

Terus menerus Ibrahim menjelaskan kepada laki-laki itu mengenai keinginannya melakukan maksiat tanpa rasa malu.  

“Jika Anda enggan menghentikan perbuatan maksiat kepada Allah, tiba-tiba datang para malaikat Zabaniah Jahanam menyeret Anda masuk neraka, maka katakana kepada mereka bahwa kamu tidak ingin pergi bersama mereka!” tegas Ibrahim bin Adham. 

“Bagaimana mungkin aku bisa seperti itu?” tanya laki-laki itu.  

“Tidakkah Anda malu kepada Allah setelah mengetahui seluruh penjelasan ini?” tutup Ibrahim bin Adham dalam percakapannya itu.  

Setelah penjelasan dari kisah tersebut, tidakkah kita malu ketika hendak melakukan maksiat di hadapan-Nya? Dia selalu ada di mana pun kita berada, bahkan rezeki yang kita nikmati adalah telah diberikan oleh-Nya.  

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement