REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Sebanyak empat kepala negara dan kepala pemerintahan negara-negara Muslim menyampaikan pidato pada pembukaan Konferensi Tingkat Tinggi Kuala Lumpur Summit (KTT KL Summit) yang berlangsung di Plenary Hall, Kuala Lumpur Convention Center (KLCC), Kamis (19/12).
Pembukaan KL Summit diisi dengan sambutan Perdana Menteri Malaysia Tun Mahathir Mohamad yang juga Ketua KTT KL Summit dan Yang di-Pertuan Agong Malaysia Al-Sultan Abdullah Ri'ayatuddin Al-Mustafa Billah selaku tuan rumah. Empat pimpinan negara yang menyampaikan pidato adalah Emir Qatar Sheikh Tamim Bin Hamad Al-Thani, Presiden Republik Turki Recep Tayyib Erdogan, Presiden Republik Islam Iran Hassan Rouhani, dan Perdana Menteri Malaysia Tun Mahathir Mohamad.
Selain Mahathir yang menyampaikan pidato Bahasa Inggris, para pemimpin tersebut menyampaikan pidato dengan menggunakan bahasa nasional mereka masing-masing. Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Retno Marsudi yang hadir mewakili Wakil Presiden Ma'ruf Amin terlihat duduk di kursi peserta, namun tidak menyampaikan pidato.
Mahathir dalam sambutannya mengucapkan terima kasih atas kehadiran para peserta pada KTT KL Summit. "Saya ingin menjelaskan secara singkat tujuan KTT ini. Kami di sini bukan untuk membahas tentang agama tetapi tentang keadaan di dunia Muslim," katanya.
Mahathir mengatakan semua tahu umat Islam, agama mereka dan negara mereka berada dalam keadaan krisis. "Di mana-mana kita melihat negara-negara Muslim dihancurkan, warganya dipaksa untuk melarikan diri dari negara mereka, dipaksa untuk mencari perlindungan di negara-negara non-Muslim. Ribuan orang, tewas dalam perkelahian mereka dan banyak lagi yang ditolak suaka," katanya.
Di sisi lain, dia melihat Muslim melakukan tindakan kekerasan, membunuh korban yang tidak bersalah, pria, wanita, anak-anak, yang sakit, dan yang tidak mampu. "Mereka melakukan ini karena negara mereka sendiri tidak dapat memberikan keamanan bagi mereka atau melakukan apa pun untuk merebut kembali tanah yang telah direbut oleh orang lain. Karena frustrasi dan marah, mereka bereaksi dengan keras dengan cara apa pun tuk unmencapai tujuan mereka," katanya.
Mahathir mengatakan mereka membalas dendam tetapi yang berhasil mereka lakukan hanyalah mencemarkan agama Islam mereka sendiri. "Mereka telah menciptakan rasa takut dengan tindakan mereka. Dan sekarang islamofobia ini, ketakutan akan Islam yang tidak dapat dibenarkan ini telah merendahkan agama kita di mata dunia," katanya.
Tetapi, ujar dia, kita perlu tahu bagaimana rasa takut ini ditimbulkan, apakah hal tersebut benar atau hanya propaganda para pencela kita atau kombinasi keduanya. "Kemudian kita harus berurusan dengan perang saudara, pemerintah gagal dan banyak bencana lain yang telah mengganggu umat Islam dan Islam tanpa ada upaya serius yang dilakukan untuk mengakhiri atau mengurangi mereka atau merehabilitasi agama," katanya.
Mahathir menegaskan Muslim dan negara-negara mereka berada dalam keadaan krisis, tidak berdaya dan tidak layak dari agama besar ini yang dimaksudkan untuk menjadi baik bagi umat manusia. "Untuk alasan-alasan inilah Pertemuan KTT diselenggarakan. Paling tidak, melalui diskusi, kita mungkin menemukan apa yang salah. Kita bahkan dapat menemukan solusi, jika tidak untuk mengakhiri bencana ini setidaknya untuk membangunkan dunia Islam, umat perlu mengenali masalah dan penyebabnya. Memahami masalah dan penyebabnya dapat mencerahkan kita dalam cara mengatasi atau mengurangi bencana yang menimpa umat," katanya.