Kamis 19 Dec 2019 06:03 WIB

Jumlah Anggota Parlemen Muslim Inggris Cetak Rekor Baru

Meski banyak anggota parlemen Muslim, namun Muslim Inggris menghadapi islamofobia.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Ani Nursalikah
Jumlah Anggota Parlemen Muslim Inggris Cetak Rekor Baru. Foto umat Muslim menjalankan ibadah di salah satu masjid di London, Inggris (ilustrasi).
Foto: EPA
Jumlah Anggota Parlemen Muslim Inggris Cetak Rekor Baru. Foto umat Muslim menjalankan ibadah di salah satu masjid di London, Inggris (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Terlepas dari meningkatnya islamofobia, jumlah Muslim yang terpilih di parlemen Inggris justru mencetak rekor baru dalam pemilihan terakhir negara itu. Dilansir di TRT World, (Kamis 19/12), kandidat Muslim memenangkan 19 kursi dalam pemilihan umum pada 19 Desember 2019.

Angka itu empat lebih tinggi dari pada pemilu terakhir pada 2017. Namun, Muslim di Inggris jauh dari menjadi blok pemilih monolitik. Sebanyak 3,4 juta dari populasi mereka dianggap signifikan secara elektoral.

Baca Juga

Dari 220 perempuan yang terpilih ke parlemen, 10 orang adalah Muslim. Dari mereka yang terpilih, 15 adalah anggota Partai Buruh dan empat lainnya adalah Konservatif. Selama kampanye, Partai Buruh menurunkan 33 kandidat Muslim, sementara Partai Konservatif yang berkuasa mengajukan 22 kandidat.

Meskipun mencetak angka yang lebih meningkat di House of Commons, namun banyak Muslim Inggris yang merasa pesimistis tentang masa depan mereka di negara itu. Mereka justru khawatir setelah Boris Johnson dari Partai Konservatif memenangkan pemilu.

Pada 2018, Johnson sempat membuat kegaduhan saat ia membandingkan wanita Muslim yang mengenakan cadar dengan kotak pos. Dewan Muslim Inggris, organisasi Muslim terbesar di Inggris, juga menekankan rasa kekhawatiran di kalangan komunitas Muslim di Inggris.

Sekretaris Jenderal Dewan Muslim Inggris Harun Khan mengatakan, mereka memasuki periode kampanye pemilu dengan keprihatinan lama tentang kefanatikan dalam politik dan partai yang memerintah mereka. Mereka juga khawatir islamofobia kembali meningkat dengan kemenangan Johnson.

Kekhawatiran yang dikemukakan oleh organisasi tersebut juga digaungkan oleh mantan ketua Partai Konservatif Baroness Sayeeda Warsi. Menteri kabinet wanita Muslim pertama itu mengatakan, Partai Konservatif harus mulai memulihkan hubungannya dengan Muslim Inggris. Ia juga menyarankan adanya penyelidikan independen terhadap islamofobia, sebagai langkah pertama yang harus diintensifkan untuk menghapus rasialisme.

Hasil pemilihan ini datang di tengah ketidakpercayaan yang meluas tentang Muslim di seluruh masyarakat. Sebuah survei yang dilakukan pada Februari 2019 menemukan, satu dari tiga warga Inggris melihat Islam sebagai ancaman terhadap nilai-nilai Inggris. Hal itu menunjukkan prasangka stereotip terhadap Muslim tersebar luas.

Sentimen-sentimen itu telah menyebabkan peningkatan tajam dalam kekerasan anti-Muslim di seluruh Inggris. Misalnya, setelah serangan Christchurch terhadap sebuah masjid di Selandia Baru, ada peningkatan 600 persen dalam serangan kekerasan terhadap Muslim.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement