Jumat 06 Dec 2019 18:46 WIB

Wapres: Indonesia Jadi Konsumen Produk Halal Paling Tinggi

Nilai konsumsi produk halal Indonesia saat ini sebesar 214 miliar dolar AS

Rep: Febrian Fachri/ Red: Esthi Maharani
Wakil Presiden Ma
Foto: Antara/Iggoy el Fitra
Wakil Presiden Ma

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG- Wakil Presiden RI Ma'ruf Amin mengatakan Indonesia menjadi negara konsumen paling tinggi untuk produk-produk halal. Nilai konsumsi produk halal Indonesia saat ini menurut Ma'ruf sebesar 214 miliar dolar Amerika Serikat. Dengan kata lain, 10 persen dari konsumen produk halal di dunia berasal dari Indonesia.

"Kita konsumen terbesar dari produk halal di dunia. Tapi konsumen saja. Produsennya dari luar," kata Ma'ruf di acara Silaknas ICMI di Auditorium Universitas Negeri Padang, Jumat (6/12).

Harusnya tingginya konsumsi produk halal di Indonesia ini menurut Ma'ruf dibarengi dengan tingginya produksi. Produsen produk halal tertinggi di dunia sekarang ini kata Ma'ruf malah Brasil dan Australia yang notabene bukanlah negara dengan mayoritas penduduk Islam.

"Kita yang harusnya manfaatkan ini untum jadi produsen. Agar ekonomi umat dan rakyat Indonesia meningkat," ucap Ma'ruf.

Karena Indonesia jadi konsumen tertinggi dari produk halal dunia, jadinya peranan pemerintah selama ini kata Ma'ruf ibarat 'tukang stempel'. Kini pemerintah menurut Ma'ruf berupaya mengubah tabiat dari konsumen menjadi produsen produk halal. Harusnya dengan tingginya kebutuhan Indonesia akan produk halal, menurut Ma'ruf Indonesia mampu menciptakan produk-produk yang dibutuhkan sehingga potensi ini tak hanya akan jadi konsumsi lokal, tapi juga bisa masuk ke pasar ekspor.

"Kita harus jadi produsen. Kita harus jadi eksportir produk halal," kata Ma'ruf menambahkan.

Ma'ruf Amin mengatakan dirinya bersama Presiden Joko Widodo serius dalam membenahi ekonomi umat. Sebenarnya untuk sarana peningkatan ekonomi umat ini menurut dia bisa dengan memanfaatkan potensi dana zakat, infaq dan sodakoh. Potensi zakat di Indonesia saja setiap tahun kata Ma'ruf mencapai Rp 2 triliun lebih. Tapi yang bisa diberdayakan baru 3 persen dari potensi tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement