Selasa 26 Nov 2019 22:00 WIB

Kebohongan Bukanlah Ciri Muslim Sejati

Islam sangat menekankan pentingnya kejujuran.

Rep: Ratna Ajeng Tedjomukti/ Red: Agung Sasongko
Kejujuran (ilustrasi).
Foto:

Kejujuran adalah modal paling mendasar dalam kepemimpinan. Tanpa kejujuran, seorang pemimpin ibarat bangun an tanpa fondasi. Dari luar tampak kokoh, tetapi di dalamnya rapuh. Tak perlu menunggu lama sebelum konstruk si itu rata dengan tanah. Maka itu, jangan harap kepemimpinan akan berja lan dengan baik bila tidak diiringi sifat jujur.

Agar bisa efektif, kejujuran tidak bisa hanya mengandalkan satu sosok saja. Semua komponen yang terlibat di dalam pemerintahan harus menjunjung prinsip transparansi dan amanah. Tidak ada mental asal bapak senang (ABS).

Umar bin Khaththab merupakan sosok pemimpin teladan. Dia dikenang sejarah sebagai pribadi yang sederhana, tetapi tegas. Keras terhadap ketidakadil an serta lemah-lembut terhadap kaum dhuafa. Dia menyadari betul arti tanggung jawab atas kepemimpinan yang dijalaninya. Dia bersikap hati-hati (wara') terhadap harta benda. Dalam hal ini, prinsipnya sejalan dengan surah an- Nisa ayat 29, yang artinya, Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil.

Integritas Khalifah Umar juga terinspirasi dari perkataan agung Rasulullah SAW, seperti diriwayatkan Ma'qil bin Yasar, Pemimpin yang tidak amanah dan menipu rakyat akan diharamkan surga baginya oleh Allah. (HR Bukhari dan Muslim).

Secara garis besar, yang sangat ditekankan dalam hadis ini adalah pemim pin harus memberikan teladan yang baik kepada mereka yang dipimpinnya. Teladan itu tentunya harus diwujudkan dalam bentuk kebijakan-kebijakan yang tidak menipu dan melukai perasaan rakyat. n 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement