Ahad 24 Nov 2019 16:46 WIB

Ukhuwah Islamiyah

Sudah berapa banyak kita membantu saudara kita yang membutuhkan?

Umat Islam
Umat Islam

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Lida Hayati

Kalian belum dianggap beriman sampai kalian mencintai orang beriman lainnya sebagaimana kalian mencintai diri sendiri" (HR Bukhari dari Anas). Hadis ini sangat relevan untuk mengingatkan tanggung jawab dunia Islam terhadap duka yang menimpa saudara kita Muslim Rohingya di Rakhine, Myanmar. Dapat dirasakan betapa tidak beruntungnya mereka; tidak diakui di negeri sendiri, didiskriminasi tiada henti, dan jadi korban kekerasan secara sistematis oleh negara dan kelompok mayoritas.

Tak heran bila kemudian mereka berbondong-bondong meninggalkan negaranya walaupun berhari-hari tanpa makan dan minum, menyeberangi sungai yang dalam, mengarungi laut yang ganas, berhujan panas di tengah perjalanan. Target mereka hanya satu, menyelamatkan nyawa dari perilaku tidak manusiawi negara.

Dalam kaitan inilah sebagai sesama Muslim, kita wajib hukum nya membantu Muslim Rohingya. Bisa saja bantuan dalam bentuk materi (sumbangan uang dan pakaian), bisa juga menuntut Pemerintah Myanmar bertanggung jawab atas genosida yang dilakukan aparatnya, dan bisa juga ikut berjihad di negara tersebut.

 

Persis sebagaimana disebutkan Nabi SAW dalam sebuah hadisnya bersabda, "Perumpamaan seorang Muslim dengan Mus lim lainnya dalam kerja sama, kasih sayang, dan kelemahlembutan adalah bagai sebuah tubuh. Apabila salah satu anggota tubuh sakit, secara refleks anggota tubuh lainnya ikut merasakan dan berjaga" (HR Muslim dari Nu'man bin Basyir).

Dapat dicermati ketika salah satu anggota tubuh terluka, secara otomatis tangan langsung membubuhi obat atau membalutnya, kaki dengan serta merta beranjak menuju ke rumah sakit atau ke dokter. Kalau terlalu sakit, air mata ikut menetes menunjukkan solidaritas yang tinggi. Lidah tanpa disuruh juga langsung menjadi juru bicara untuk upaya pengobatan.

Seperti itulah hendaknya persaudaraan sesama Muslim atau ukhuwah Islamiyah. Persaudaraan yang penuh dengan ketulusan dan keikhlasan. Ia menembus batas ruang dan waktu. Berbagai sekatan geografis, strata sosial, dan ideologis akan lebur di atas persaudaraan bernama ukhuwah Islamiyah tersebut.

Persis seperti yang dilakukan sahabat Anshar saat menyambut kehadiran kaum Muhajirin dari Makkah. Mereka diper lakukan layaknya saudara kandung oleh penduduk Madinah. Bahkan, di antara mereka ada yang memberikan istrinya sebagai bentuk ketulusan mereka.

Demikian juga yang diperlihatkan Ikrimah bin Abi Jahl, Suhail bin Amr, dan beberapa sahabat dari Bani Mughirah setelah Perang Yarmuk. Mereka rela bertaruh nyawa saat kehausan akibat terluka demi saudara Muslimnya. Pada akhirnya, semua meninggal tanpa seorang pun sempat minum air yang sangat mereka nantikan. Mereka mengorbankan nyawa. Lantas, sudah berapa banyak kita membantu saudara kita yang membutuhkan?

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement