Jumat 22 Nov 2019 04:51 WIB

Sentuhan Ottoman dan Renaisans di Masjid Qol Sharif

Masjid Qol Sharif dirancang oleh I Syafullin dan S Shakurov.

Masjid Qolsharif
Masjid Qolsharif

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pesona Masjid Qol Sharif seolah tak melelahkan mata. Namun, sebelum seperti sekarang, masjid ini awalnya lebih banyak bergaya tradisional Wolga Bulgaria. Setelah hancur karena agresi Kekaisaran Rusia, masjid ini dibangun ulang pada tahun 1996.

Dirancang oleh arsitek kenamaan pada masa itu, yaitu I Sayfullin dan S Shakurov, gaya arsitektur masjid ini menjadi lebih modern dengan gaya Renaisans dan Turki Usmani. Total biaya pembangunannya mencapai 500 juta rubel.

Baca Juga

Arsitektur Masjid Qol Sharif merupakan paduan antara dua kiblat karya seni di Barat dan Timur yang direpresentasikan dalam konsep arsitektur Renaisans dan Ottoman. Gaya Ottoman terlihat pada bagian eksteriornya yang diwakili oleh delapan menara setinggi sekitar 54 meter.

Menara-menara ini merupakan simbol dari delapan provinsi yang ada di bawah naungan Tatarastan. Menara-menara Qol Sharif sama persis dengan yang dimiliki Masjid Biru di Istanbul, Turki. Bentuknya runcing pada bagian ujungnya dan dilengkapi dengan relif cincin serta kombinasi lubang-lubang berbentuk segi empat.

Selain itu, gaya Turki Usmani juga diwakili oleh dominasi corak kubah. Kubah utama berbentuk lebih sempurna ukurannya, lebih kecil daripada bangunan utama. Sementara, kubah kedua bentuknya tidak sempurna karena difungsikan sebagai penutup badan bangunan. Desain Renaisans memang tidak terlalu tampak pada bagian eksterior Masjid Qol Sharif.

Konsep tersebut tampak sebatas melengkapi keindahan masjid, seperti terlihat pada lengkungan bagian depan. Masjid terdiri atas dua lantai. Lantai atas meru pakan ruang shalat, semen tara lantai bawah digunakan bagi keperluan pendidikan, museum, perpustakaan, ruang iman, dan ruang administrasi masjid.

Ini menandakan Qol Sharif memang layak menjadi masjid agung. Sebab, fungsinya tidak hanya untuk beribadah. Tempat ini juga dimanfaatkan untuk ber bagai kegiatan. Perpustakaan sudah pasti menjadi tempat membaca. Bahkan, jika dikelola lebih baik lagi, perpustakaan itu akan menyimpan koleksi buku-buku langka yang men jadi referensi banyak orang.

Bila berada di lantai utama atau ruang shalat, corak Renaisans kembali terlihat. Ini seperti yang menonjol pada ukir anukiran di bagian dinding masjid. Lengkap dengan topangan garis lengkung silang. Paduan warna putih, biru, dan kuning juga merupakan salah satu gaya Renaisans yang telihat lebih mewah tampilannya.

Bahan-bahan yang digunakan untuk memperindah bagian dalam masjid kaya dengan bahan-bahan unggulan, seperti granit, marmer ural, kristal chandelier dari Ceko yang digunakan untuk bahan plesteran, dan mosaik. Lantai dasar dihiasi karpet dari Iran dan Arab Saudi. Pada bagian halaman, terdapat dua ruang paviliun besar dan kolam berornamen Timur Tengah yang mempertahankan beberapa elemen arsiktektur pada sisa bangunan lama.

sumber : Islam Digest Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement