Jumat 01 Nov 2019 16:38 WIB

3 Alasan Peradaban Islam tak Runtuh Bahkan akan Bangkit

Peradaban Islam justru akan mengalami kebangkitan.

Masjid Cordoba di Spanyol.
Foto: EPA/KHALED ELFIQI
Masjid Cordoba di Spanyol.

REPUBLIKA.CO.ID,  *Nurfarid   

Francis Fukuyama, Bernad Lewis, Samuel P Huntington dan para pemikir Barat lainnya yang paranoid terhadap Islam harus menengok kembali sejarah perjalanan umat manusia bahwa setiap peradaban memiliki batas waktunya dan setiap umat memiliki umurnya.

Baca Juga

Dalam hidup ini berlaku hukum alam yang tidak dapat dihindari, dielakkan dan diubah oleh akal serta tangan manusia, termasuk siklus kejayaan dan kehancuran suatu peradaban manusia. Arnold Toynbee sorang sejarawan Barat mengatakan bahwa di bumi ini telah ada sekitar 21 peradaban umat manusia yang jatuh secara silih berganti

Kalo Fukuyama mengatakan bahwa the end of history adalah peradaban Barat, maka penulis sendiri lebih yakin bahwa the end of history adalah peradaban Islam. Darimana kita tau itu, sedangkan Islam sendiri di abad modern ini belum memberikan karyanya yang khas yang menunjukan bahwa Islam akan bangkit dan menjadi akhir bagi sejarah peradaban umat manusia?

Setidaknya ada tiga alasan yang penulis jadikan sebagai sandaran. Pertama, pesan Rabbani, "Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu kami pergilirkan di antara manusia " (QS 3:140). Sepanjang sejarah, telah banyak yang berkuasa dan tidak satupun yang kekal. Sekarang, di mana peradaban Romawi?

Tak ada bekasnya selain bangunan-bangunan kuno dan arsitek-arsitek material. Di mana peradaban Yunani? Musnah, tak mewariskan apapun selain filsafat nonesensial dan budaya paganisme. Di mana Peradaban Persia? Mati, Tak meninggalkan apa-apa selain cerita-cerita kuno. Dimana Uni Soviet dan komunisnya? Runtuh dan luluh. Semuanya mati dan hancur kecuali satu, umat Islam.

Kedua, pesan Nabawi. Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Qubail, Abdullah Ibnu 'Ash berkata, "Ketika kami duduk bersama Rasullah SAW, apabila ia ditanya kota manakah yang akan pertama kali dibuka, Konstantinopel atau Roma? Rasulullah SAW menjawab, Konstantinopel yang akan pertama kali dibuka, kemudian Roma." Hadits ini menerangkan kepada kita bahwa para sahabat sebenarnya sudah mengetahui bahwa Konstantinopel dan Roma akan dibuka, tapi mereka ingin mengetahui mana yang akan pertama kali dibuka.

Ini adalah kabar gembira dari Rasulullah SAW yang pasti benar adanya. Sehingga pada tahun 1453 M Konstantinopel dapat dibuka oleh Sultan Muhammad Alfaatih. Tinggal satu imperium lagi yaitu Roma. Dan sebenarnya seketika itu juga Al Faatih telah menyiapkan pasukan untuk menyambut dan menyempurnakan kabar gembira dari Nabi SAW membuka Roma, tapi itu belum tercapai. Ini adalah kehendak Allah SWT agar tersisa amal/tugas bagi kita untuk membukanya.

photo
Taman di Alhambra

Ada sebgian ulama yang berpendapat bahwa arti dari kata Rumiyyah di sana bukan Roma ibu kota Italia sekarang, tapi yang diingikan adalah makna majazinya yaitu imperium Barat khususnya Amerika.

Ketiga, adanya sinyal-sinyal keruntuhan peradaban barat. Hal ini bisa dilihat dari beberapa hal seperti terjadinya krisis moral dan kehampaan spiritual masyarakat Barat. Selain itu juga muncul paradok peradaban Barat dalam menetapkan kebijakan luar negerinya dengan menggunakan politik double standar. Inilah yang menyebabkan mereka kehilangan legitimasi dari dunia international. Barat juga sudah tidak pantas lagi memimpin umat manusia, karena mereka sudah lalai untuk bersikap persuasif, akomodatif, adil dan menjadi problem slover.

Barat terlalu angkuh dan sombong dengan kemajuan yang mereka capai baik dalam bidang ilmu dan teknologi, ekonomi, militer dan sebagainya, sehingga mereka merasa kuat dan tidak ada satupun yang mampu menandingi kekuatan mereka. "Adapun kaum 'Aad mereka menyombongkan diri di muka bumi tampa (mengindahkan) kebenaran dan mereka berkata sipakah yang lebih hebat kekuatannya dari kami. Tidakkah mereka memperhatikan Allah yang menciptakan mereka. Dia lebih hebat kekuaatan-Nya dari mereka." (QS 41:15).

Dari ketiga alasan tersebut, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa kini peradaban Barat sedang menggelinding ke tepi jurang kehancuran sebagai akibat dari kelalaian, kesombongan dan kerusakan yang mereka jalankan. 

Munawar AM mengibaratkanya seperti menara gading atau bangunan kokoh yang perlahan tapi pasti, rayap-rayap sedang berkerumun menggerogoti tiang-tiang penyangganya. Begitu juga Bernard Shaw pernah mengatakan, "Romawi runtuh, Babylon runtuh, kini tiba giliran Amerika."

Di balik itu, arus kebangkitan Islam sudah menemukan momentumnya. Kini umat Islam sedang berjalan menuju kebangkitan peradaban Islam yang sudah diduga oleh dunia intelektual akan mengancam eksistensi peradaban Barat. 

Walaupun Barat berusaha semaksimal mungkin untuk membendung arus kebangkitan itu dengan berbagai strategi jahatnya seperti politik double standar, mitologi dan deminologi, paradigma kotor, dan propaganda jahat, juga invasi invasi Islam tak akan pernah mati.

 

 

 

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement