REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Wakil Presiden, Jusuf Kalla, yang juga Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI) mengungkap perbedaan mendasar antara masjid-masjid di Indonesia dan masjid yang ada di negara-negara Islam.
Menurut JK, umumnya masjid-masjid di negara mayoritas Islam selain Indonesia, seperti Malaysia, Brunei, dan negara-negara Timur Tengah sebagian besar dibangun oleh Pemerintah. Selain itu, pengurus atau takmir masjid juga merupakan para pegawai pemerintah serupa pegawai negeri sipil (PNS).
Sedangkan, masjid di Indonesia umumnya banyak dibangun oleh masyarakat, begitu pun takmir dan pengurusnya dari unsur masyarakat.
"Kalau di negara-negara Islam, yang kaya atau Malaysia, Brunei, yang di dekat kita, Timur Tengah pada umumnya. Masjid itu sebagian besar dibangun Pemerintah, takmirnya juga atau yang mengaturnya itu juga pegawai pemerintah, PNS," ujar JK dalam sambutan Groundbreaking Masjid Tanwir PP Muhammadiyah, Menteng, Jakarta, Kamis (17/10).
Karena itu, JK menilai, ini juga yang membuat pengelolaan masjid di negara-negara tersebut berbeda, khususnya terkait materi khutbah masjid.
"Kalau di Malaysia ada pabrik khutbah. jadi khutbahnya diatur seluruh Malaysia, hanya dua negara (mayoritas Islam) di dunia ini yang besar, (di Indonesia) tiap masjid dibangun oleh masyarakat, akhirnya tentu cara mengolahnya berbeda," kata JK.
JK menambahkan, negara-negara Islam umumnya mengatur apa yang menjadi materi khutbah di masjid-masjidnya. Sementara, di Indonesia materi biasanya tergantung kondisi masjid tersebut.
"Kalau di LN, di negara Islam itu yang khutbah diatur apa yang dibicarakan, kita di Indonesia ini, ini tergantung situasi apa, ada yang mengajarkan yang baik, ada yang marah-marah, ada yang memberikan solusi, ada juga yang mengajak macam-macam," ujar JK.
Karena itu, JK berharap masjid dimana pun berada harus mengajak hal-hal positif dan kedamaian bagi masyakarat . "Mengajarkan kedamaian yang sejuk, yang baik. dan juga menggerakkan masyarakat kepada hal-hal yang positif, itu harapan kita semua," ujarnya.