Senin 14 Oct 2019 13:49 WIB

Pesantren Al Qur'aniyyah Majalengka Cetak Generasi Quran

Pondok Pesantren Al Qur'aniyyah Majalengka memang baru menginjak sepuluh tahun.

Rep: Andrian Saputra/ Red: Agung Sasongko
Lingkungan Pondok Pesantren Al Qur'aniyyah Majalengka di Jalan Olahraga, Majalengka Wetan, Kecamatan Majalengka, Kabupaten Majalengka.
Foto: Republika/Andrian Saputra
Lingkungan Pondok Pesantren Al Qur'aniyyah Majalengka di Jalan Olahraga, Majalengka Wetan, Kecamatan Majalengka, Kabupaten Majalengka.

REPUBLIKA.CO.ID, MAJALENGKA -- Usia Pondok pesantren Al Qur'aniyyah Majalengka memang baru menginjak sepuluh tahun. Tetapi pesantren ini telah menjadi kebanggan warga Majalengka. Sebab pesantren ini sukses mencetak generasi qurani, yang tak hanya mampu menghafal Alqur'an namun juga dapat membacanya sesuai kaidah-kaidah yang berlaku. Hingga tak jarang, santri-santrinya pun kerap menjuarai berbagai perlombaan Alqur'an.

Pesantren Al Qur'aniyyah berada di Jalan Olahraga, Majalengka Wetan, Kecamatan Majalengka, Kabupaten Majalengka. Pesantren ini berdiri sejak 2009 oleh Ustaz Yuyud Aspiyudin seorang alumni Ponpes Al Qur'an Cijantung, Ciamis dan Ponpes Al Furqon Bogor.

Tekad mendirikan pesantren khusus Alqur'an bermula setelah Ustaz Yuyud menikah dan memutuskan tinggal di Majalengka. Kala itu dengan bantuan dari sejumlah donatur, ia mengawali dakwahnya dengan mendirikan sebuah masjid.

Ia pun berupaya memakmurkan masjid dan mengajar sejumlah santri yang merupakan warga setempat. Lambat laun, santri yang mengaji di masjid itu pun semakin bertambah banyak. Beberapa santri pun bahkan meminta untuk menetap atau mondok meski tempat tinggalnya tak begitu jauh.

“Awalnya hanya ngaji sore saja, lalu mereka ingin mondok. Saya bilang, silakan nanti tidurnya di masjid. Dari situ kita punya tekad yang kuat untuk mengembangkan pesantren, walaupun banyak rintangan dengan usaha ada uang sedikit lalu kita bangun kobong,” kaya Ustaz Yuyud saat berbincang dengan Republika,co.id pada Senin (14/10).

Ustaz Yuyud pun mulai mendirikan penginapan bagi santri yang ingin mukim. Kala itu penginapan santri masih sederhana dengan terbuat dari bilik bambu yang lokasinya di samping masjid.

Lambat laun, santri yang mukim pun bertambah. Hal itu membuat sejumlah warga Majalengka tergerak untuk mewakafkan tanah dan hartanya untuk pembangunan fisik pesantren. Alhasil, fisik pesantren pun mengalami kemajuan. Bahkan tak hanya asrama permanen bagi santri, ruang guru, hingga aula. Pada 2013, pesantren Al Qur'aniyyah juga resmi memiliki lembaga formal tingkat sekolah menengah pertama (SMP).

Menurut Ustaz Yuyud, sebelum SMP berdiri santri yang menimba ilmu di Ponpes Al Qur'aniyyah mengikuti sekolah formal di lembaga pendidikan formal terdekat dengan pesantren. Tetapi saat ini seluruh santri tingkat SMP mengikuti pendidikan formal di lingkungan pesantren.

Meski bagi santri tingkat SMA, masih mengikuti pendidikan formal di luar pesantren. Kendati demikian, pesantren menyiapkan angkutan khusus bagi santri yang bersekolah ke luar. Yuyud pun berharap kedepannya pesantren bisa mendirikan lembaga formal tingkat SMA. Dari mulanya hanya 5 santri yang mengaji, kini total terdapat 140 santri yang mengaji di Ponpes Al Qur'aniyyah.

“Kalau tekad saya itu di Majalengka kan pesantren Al Qur'an masih bisa dihitung dengan jari, kita ingin mendirikan pesantren ini demi mencetak anak-anak generasi qurani, terutama dalam membaca Al Qur'an saja dulu, karena kita survei memang lemah sekali bacaan Qurannya yang baik dan benar,” katanya.

Sebab itu, pesantren Al Qur'aniyyah pun menggembleng santrinya agar bisa membaca Al Qur'an sesuai dengan aturannya, selain itu juga menghafal dan memahami kandungan Al Qur'an. Tak hanya itu, pesantren Al Qur'aniyyah juga menekankan santrinya minimal yang sudah tiga tahun mengaji agar bisa menjadi imam sholat dengan bacaan Al Quran yang tartil.

Menariknya lagi, Ustaz Yuyud mengatakan Pesantren Al Qur'aniyyah juga menggratiskan pembiayaan bagi santri dari kalangan yatim dan dhuafa. Santri yatim dan dhuafa juga difasilitasi agar bisa mengikuti pendidikan formal. Saat ini ada sekitar 15 santri yatim dan hampir separuh santri berasal dari keluarga dhuafa.

“Kita bantu anak-anak yang putus sekolah itu, kita biayai sekolah formalnya kalau memang tak sanggup,” katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement