Senin 30 Sep 2019 13:31 WIB

Mengupas Sejarah Nusantara

Sejarah nusantara banyak dikupas kitab-kitab klasik.

Rep: Muhyiddin/ Red: Agung Sasongko
Peta Indonesia
Peta Indonesia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Frase India Jauh (aqsha Alhind) yang tertulis di sumber-sumber klasik Arab dan Persia atau yang diyakini sebagai kepulauan Nusantara banyak menyim pan kekayaan flora dan fauna, serta aneka tambang. Oleh karena itulah kepulauan ini menjadi tujuan utama para pelaut dan pedagang saat itu.

Kata Nusantara yang berarti wilayah kepulauan yang membentang dari Jawa sampai Papua sering disebut-sebut dalam sumber-sumber mutakhir. Sumber-sumber tersebut biasanya mengutip dari sumber klasik atau catatan perjalanan dari orangorang Cina, Barat, Arab dan Persia.

Berdasarkan sejumlah penelitian, ada 15 kitab klasik yang terbit antara abad ke-9 sampai 14 masehi, di antaranya kitab Kitab Akhbar Alshin wa Alhind dan kitab Ajaib Alhind. Belasa tersebut mengupas tentang Nusantara dan ditulis dalam bahasa Arab dan Persia.

Kitab Akhbr Alshin wa Alhind merupakan salah satu kitab klasik yang memuat kisah perjalanan Sulaiman at Tajir ke Cina dan India yang ditulis oleh se jarawan dan ahli geografi Abu Zaid al Hasan bin Yazid as Sirafi.

Sementara, Ajaib Alhind merupakan kompilasi dari cerita-cerita dan anekdot yang disampaikan oleh para pelaut ke pada penulis Buzurg ibn Syahriar Ram hur muzi (w. 1009), seorang kapten kapal atau nakhoda berasal dari wilayah Ram hurmuz, Provinsi Khuzestan, Tenggara Iran.

Dalam buku Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII & XVIII, Prof Azyumardi Azra menje laskan bahwa kitab Ajaib Alhind merupakan salah satu sumber Timur Tengah pa ling awal tentang nusantara, mengisyaratkan tentang eksistensi komunitas Muslim lokal di wilayah kerajaan Hindu- Buddha Zabaj (Sriwijaya).

Menurut Prof Azyumardi Azra, kitab ini meriwayatkan tentang kunjungan para pedagang Muslim ke kerajaan Zabaj. Para pedagang muslim ini menyaksikan kebiasaan di kerajaan itu, bahwa setiap orang orang Muslim, baik pendatang maupun penduduk lokal yang ingin menghadap raja harus bersila.

Prof Azyumardi mengatakan, kata Bersila yang digunakan kitab Ajaib Alhind pastilah salah satu di antara sedikit kata Melayu yang pernah digunakan dalam teks Timur Tengah. Terlepas dari soal ba hasa ini, menurut dia, kewajiban bersila yang disebutkan juga berlaku bagi penduduk Muslim lokal, mengisyaratkan te lah ter dapatnya sejumlah penganut Islam dari kalangan penduduk asli kerajaan Zabaj.

Namun, menurut Bastian, dalam kitab tersebut belum muncul pembahasan secara lengkap tentang Islam. Menurut Bastian, pembahasan Islam baru muncul dalam kitab yang dikarang oleh Ibnu Batutah, pengembara asal Tangier, Maroko.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement