REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Para pimpinan Muhammadiyah akan mendiskusikan puluhan tema yang akan menjadi topik dalam Muktamar ke-48 Muhammadiyah di Solo pada 1-5 Juli 2020.
"Kita akan grand launching-nya itu pada 18 November besok, dan tema-tema untuk kita diskusikan
ada 30 tema menyangkut pendidikan, ekonomi, kemanusiaan, sosial dan termasuk kenegaraan," ujar Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah (PP Muhammadiya), Prof Dadang Kahmad, saat ditemui menghadiri pengajian bulanan bertema "Kalender Islam Global dan Pencerahan Peradaban" di Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (6/9) malam.
Setelah mendiskusikan puluhan tema itu, menurut dia, nantinya akan dilahirkan menjadi poin-poin dalam rekomendasi.
Menurut dia, isi rekomendasi tersebut akan ditujukan kepada seluruh pihak, baik kepada bangsa, umat Islam, maupun kepada seluruh manusia.
"Tema muktamar kita adalah Memajukan Indonesia dan Mencerahkan Semesta. Jadi kita ingin tetap Indonesia maju dengan segala macam seginya, terutama keagamaan dan pendidikannya," ucapnya.
Dadang menjelaskan, sejak berdiri pada 18 November 1912 sampai sekarang Muhammadiyah sudah berkontribusi banyak terhadap bangsa dan negara. Kedepannya, kata dia, Muhammadiyah juga ingin membuat gerakan pencerahan di dunia. Ini antara lain dengan mendirikan cabang istimewa di dunia dan ada juga amal usaha.
“Kita mendirikan sekolah di Australia dan universitas di Malaysia. Sampai nanti di Mesir taman kanak-kanak, lalu juga di Jepang," katanya.
Dadang menambahkan, pendidikan Muhammadiyah saat ini juga sudah mulai diarahkan untuk menghadapi era Industri 4.0. Karena, menurut dia, persaingan di era sekarang cukup luar biasa, sehingga pihaknya mengupayakan agar kader Muhammadiyah bisa bersaing. "Agar bisa hidup di masa mendatang ya kita harus wasapda terhadap itu (Industri 4.0)," jelasnya.
Selain akan mengembangkan pendidikan, Muhammadiyah juga akan mengembangkan ekonomi di era Industri 4.0. Karena itu, menurut dia, isu ekonomi juga akan dibahas secara khusus dalam Muktamar Muhammadiyah tahun depan.
"Dalam segi ekonomi kita sekarang mengantisapasi gerakan-gerakan ekonomi yang berbasis digital. Terus terang saja ekonomi Muhamadiyah belum semaju pendidikan dan kesehatan," tutupnya.