REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Damaskus juga kesohor sebagai salah satu pusat ilmu pengetahuan dalam sejarah peradaban Islam. Pada masa kekuasaan Khalifah Nur A-Din Zanki berkuasa, di Damaskus dibangun sekolah. Khalifah juga mewariskan begitu banyak judul buku bagi perpustakaan yang ada di kota itu.
Catatan tentang pesatnya perkembangan ilmu di Damaskus juga digambarkan seorang penjelajah Muslim lainnya, Ibnu Jubair. Saat bertandang ke kota itu pada tahun 1184, dia menyaksikan begitu banyak fasilitas bagi pelajar asing dan pengunjung di Masjid Umayyah. Tak heran, bila Ibnu Jubair mendorong para pelajar dan mahasiswa dari Spanyol untuk pergi menimba ilmu ke Timur.
`'Setiap orang di Barat yang ingin meraih sukses datang ke kota ini (Damaskus) untuk belajar. Sebab, fasilitas dan batuan di sini begitu melimpah. Para pelajar yang menimba ilmu di sini tak pernah khawatir kekurangan makanan dan tempat bernaung,'' papar Ibnu Jubair dalam catatan perjalanannya.
berikut ilmuwan asal Damaskus:
- Abul-Fadl Jaafar ibn Ali al-Dimishqi
Dia adalah ekonom Muslim terkemuka di Damaskus dan Suriah. Salah satu karyanya yang fenomenal adalah Kitab al-ishara ila mahasin al-tijara wa matrifa aljayyid al-atrad wa radiha wa ghushush al-mudallisin fiha (buku yang menjelaskan keuntungan bisnis serta pengetahuan kualitas barang bagus dan jelek).
Buku itu selesai ditulis pada 20 April 1175 M. Abul-Fadl amat piawai dalam masalah trori dan praktik bisnis. Bukunya juga mengupas soal bagaimana mengemas dan menyimpan barang, bagaimana cara menjaga hak milik, serta bagaimana menggunakan uang. Abul-Fadl boleh dibilang sebagai ekonom yang mumpuni pada masanya.
- Ibnu Asakir (wafat:1176 M)
Dia adalah seorang ahli sejarah. Karyanya yang terkenal adalah Tarikh Dimashq atau sejarah Damscus. Dia adalah pengajar di perguruan tinggi yang ada di Masjid Umayyah dan pergurun tinggi di Damaskus.
- Ibnu Abi Usaybia (1203-69 M)
Dia adalah dokter sekaligus ahli sejarah Muslim kelahiran Damaskus. Selain menjadi dokter di rumah sakit, Ibnu Abi juga menjadi dokter khusus Emir Azeddin di Sarkar. Dia sempat menempati berbagai posisi di majemen RS baik di Damaskus maupun di Kairo, Mesir. Dia juga mempelajari klasifikasi tanaman dengan Ibnu Al-Baitar. Salah satu karyanya adalah Uyun l'Anba fi Tabaqati'l Atiba mengupas tentang sejarah kedokteran.
-Ibnu Al-Nafis (wafat: 1288 M)
Dia adalah dokter terkemuka di Damaskus. Ibnu Al-Nafis mengabdikan dirinya di RS Al-Nuri yang dibangun Nur Al-Din. Di antara karyanya yang paling populer adalah Kitab al-Shamil fi sinaat al-Tibiyya (Buku komprehensif tentang seni kedokteran). Bukunya itu terdiri dari 300 volume, hanya 80 yang diterbitkan. Kitab itu masih tetap digunakan hingga tahun 1952. Karya-karyanya kini berada di Cambridge University.
- Taqi Al-Din Ahmad Ibnu Taymiyyah (1263-1328 M)
Dia mengawali karinya sebagai pengajar Alquran di Masjid Umayyah. Kemudian, ia menjadi seorang pemikir dan ulama Islam. Di Damaskus, ia belajar pada banyak guru, dan memperoleh berbagai macam ilmu diantaranya ilmu hitung (matematika), khat (ilmu tulis menulis Arab), nahwu (tata bahasa arab), dan ushul fiqih (hukum).
Ibnu Taymiyyah amat menguasai ilmu rijalul hadits (perawi hadits) yang berguna dalam menelusuri Hadits dari periwayat atau pembawanya dan fununul hadits (macam-macam hadits) baik yang lemah, cacat, atau shahih. Beliau memahami semua hadits yang termuat dalam Kutubus Sittah dan Al-Musnad. Dalam mengemukakan ayat-ayat sebagai hujjah atau dalil, ia memiliki kehebatan yang luar biasa, sehingga mampu mengemukakan kesalahan dan kelemahan para mufassir atau ahli tafsir.
Tiap malam ia menulis tafsir, fiqh, ilmu 'ushul sambil mengomentari para filusuf. Dalam sehari semalam ia mampu menulis empat buah kurrosah (buku kecil) yang memuat berbagai pendapatnya dalam bidang syari'ah. Karyanya mencapai 500 judul. Salah satu karyanya yang terkenal adalah Majmu' Fatawa yang berisi masalah fatwa-fatwa dalam agama Islam.