REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tahun baru Islam pada 1 Muharram 1441 HijriYah tiba tidak lama setelah bangsa Indonesia merayakan HUT kemerdekaan yang ke-74 tahun. Sekretaris Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Abdul Mu'ti menilai umat Islam perlu mengambil pelajaran dari spirit hijrah.
"Dalam konteks kemerdekaan dan Indonesia sekarang, umat Islam dan bangsa Indonesia perlu mengambil pelajaran dari spirit hijrah," kata Abdul Mu'ti kepada Republika.co.id, Sabtu (31/8).
Mu'ti mengatakan, spirit hijrah yang pertama membangun inklusi sosial. Sebagaimana dicontohkan Nabi Muhammad SAW yang membangun inklusi dan integrasi sosial dengan membangun persahabatan sejati antara sahabat Muhajirin dan Anshar.
Spirit hijrah yang kedua, dia menyampaikan, umat harus mematuhi hukum dan norma sosial. Sebab kepatuhan kepada hukum merupakan prasyarat membangun bangsa yang maju, aman, dan damai. Nabi Muhammad SAW juga membuat Piagam Madinah sebagai konstitusi yang mengikat semua masyarakat.
"Di dalam Piagam Madinah, semua kelompok agama dan etnis disebut sebagai umat, sehingga kedudukan dan eksistensi mereka sama," ujarnya.
Mu'ti menyampaikan, spirit hijrah yang ketiga, umat secara pribadi dan bersama-sama harus berperan serta dan bertanggung jawab memajukan bangsa dan negara. Dalam konteks kemerdekaan, hijrah ditandai oleh sikap cinta Tanah Air dan bangsa serta melakukan islah sosial dan politik.
"Hijrah ditandai oleh sikap terbuka dan saling memperkuat kesolidan, solidaritas, dan kekohesivan sosial politik, saatnya bangsa Indonesia dan umat Islam melihat ke masa depan dengan bekal pelajaran masa lalu," ujarnya.
Mu'ti juga mengingatkan, tahun baru Hijriyah merupakan momentum bagi umat Islam untuk melakukan muhasabah spiritual, sosial dan politik. Secara pribadi dan kolektif, bangsa Indonesia dan umat Islam perlu membangun kesalehan spiritual, sosial dan politik.