REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Fajar Kurnianto
Umat Muslim pada hakikatnya adalah umat terbaik, sehingga layak menjadi teladan terbaik bagi umat lainnya dalam ber bagai hal. Secara jelas, Allah menye but hal ini dalam Alquran. "Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah." (QS Ali 'Imran [3]: 110).
Seperti disebutkan pada ayat ini, umat Muslim menjadi umat terbaik yang layak diteladankan pada tiga hal. Pertama, amar makruf, yakni menyu ruh pada kebaikan. Kedua, nahi mung kar, yakni mencegah dari yang mungkar. Ketiga, beriman kepada Allah. Ketiga hal ini menjadi karakter orang Muslim. Ketika ketiganya tak lagi dimiliki umat Muslim, bisa jadi mereka tak lagi dikatakan sebagai umat terbaik atau pilihan.
Ketika umat Muslim tak lagi menyuruh pada kebaikan dan mempraktikkannya secara nyata dalam kehidupan, malah menyuruh pada keburukan dan melakukannya, serta tak lagi beriman kepada Allah, predikat sebagai umat terbaik bisa menjadi sebaliknya. Bagaimana mungkin umat terbaik menyuruh pada ke bu ruk an dan mencegah dari kebaikan serta tidak meyakini adanya Allah dalam kehidupan, sehingga tak me rasa diawasi-Nya dan akhirnya ber buat menyimpang dan melampaui batas?
Nabi sendiri dalam hadisnya mencela orang yang tak lagi beramar makruf nahi mungkar. "Bukanlah dari golongan kami orang yang tidak mengasihi dan menyayangi yang lebih muda, tidak menghormati orang yang lebih tua, dan tidak beramar makruf dan nahi mungkar." (HR at-Tirmidzi).
Nabi menyebut mereka bukan golongan atau umat beliau karena umat terbaik adalah yang mempraktikkan amar makruf dan nahi mungkar sesuai kapasitas masing-masing. Dalam hadis lain, Nabi mengatakan, bahkan orang yang melakukan itu masih diancam oleh Allah jika tak melakukannya. "Pada hari kiamat seorang dihadapkan dan dilempar ke neraka. Orang-orang bertanya, 'Hai fulan, mengapa kamu masuk neraka sedangkan kamu dulu adalah orang yang menyuruh berbuat makruf dan mencegah perbuatan mungkar?'
Orang tersebut menjawab, 'Ya benar, dulu aku menyuruh berbuat makruf, tetapi aku sendiri tidak melakukan nya. Aku mencegah orang lain berbuat mungkar, tetapi aku sendiri melakukannya.'" (HR Muslim).
Muslim menjadi teladan da lam hal amar makruf dan nahi mungkar, yang berarti tak semata-mata me nyu ruh atau mencegah, tetapi juga mempraktikkannya. Menyuruh kebaik an sekaligus melakukannya. Serta mencegah dari kemungkaran seka ligus membuktikannya dengan tak melakukan keburukan apa pun. Wallahu a'lam.