Rabu 14 Aug 2019 17:23 WIB

Bagaimana Mencintai Rasulullah?

Rasulullah SAW adalah insan dengan keteladanan yang paling mulia.

Rasulullah
Foto: Republika/Mardiah
Rasulullah

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Didin Hafidhuddin     

Rasulullah SAW adalah manusia yang dipilih Allah SWT untuk menjadi rasul dan nabi-Nya yang terakhir (QS al-Ahzab [33]: 40). Beliau adalah figur teladan, pemimpin panutan umat, yang seluruh perilakunya, termasuk cara berpikir dan berbicaranya, sarat dengan nilai-nilai akhlak yang sangat mulia dan sangat agung (QS al-Qalam [68]: 4).

Baca Juga

Beliau adalah seorang insan yang sangat jujur, amanah, rendah hati, bersahaja, penuh dengan keberanian, kreativitas, dan sekaligus profesional.

Kehadirannya membawa dan menebarkan rahmat, cinta, dan kasih sayang. Bukan sekadar bagi umat manusia, tetapi juga bagi tumbuh-tumbuhan dan pepohonan, bagi kelestarian alam, bagi hewan ternak dan binatang, dan bahkan bagi seluruh alam semesta.

 

Beliau adalah pemimpin yang sangat memerhatikan umatnya, yang merasakan getaran jantung dan denyut hati mereka. Ketika umat bersukacita, beliau pun merasakan sukacita itu. Ketika mereka mengalami berbagai penderitaan, seperti kemiskinan, kelaparan, dan rasa takut yang luar biasa, beliaulah orang pertama yang merasakannya dan selalu berusaha mencari jalan keluarnya. Beliau adalah pemimpin yang larut dan menyatu dengan umatnya sehingga tidak ada pemisah antara keduanya (QS at-Taubah [9]: 128).

Beliau adalah pemimpin sejati, pemimpin lahir dan batin, pemimpin individu dan masyarakat, pemimpin keluarga dan bangsa, pemimpin masa damai dan masa genting, pemimpin dalam suka dan duka, bahkan juga pemimpin dunia akhirat.

Mencintai Rasulullah sesungguhnya adalah mencintai perilaku dan akhlaknya yang sangat mulia itu. Yaitu, mencintai kejujuran, kesederhanaan, kerendahan hati, dan sekaligus mencintai keberanian untuk menyatakan yang haq itu  haq dan yang batil itu batil. Juga, beliau mencintai umat, masyarakat, dan bangsa, terutama pada mereka yang fakir miskin atau yang hidupnya sedang mengalami berbagai kesulitan dan penderitaan.

Kecintaan dalam bentuk mengikuti sunnahnya pada hakikatnya merupakan refleksi dan manifestasi dari kecintaan kepada Allah SWT. Allah berfirman, "Katakanlah, 'Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.' Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS Ali Imran [3]: 31).

sumber : Pusat Data Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement