REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Prof Yunahar Ilyas
Pada hari itu, Madinah semakin ramai. Para pejuang dari berbagai wilayah Islam sudah berkumpul di kota Nabi SAW. Jumlahnya mencapai 36 ribu prajurit. Angka yang besar pada waktu itu. Amirul Mukminin Umar bin Khattab ra sangat gembira, seruannya dipenuhi para pejuang.
Umar segera berunding dengan beberapa sahabat senior, memilih siapa yang paling tepat diberi amanah memimpin pasukan yang besar itu. Pilihan jatuh pada Sa'ad bin Abi Waqqas ra, seorang sahabat yang mula-mula masuk Islam.
Tiga malam sebelum masuk Islam, Sa'ad bermimpi seolah-olah dia tenggelam dalam kegelapan malam.
"Tiba-tiba di puncak kegelapan itu, aku melihat bulan purnama memancarkan sinarnya. Bulan itu kuikuti. Aku melihat tiga orang telah lebih dahulu berada di hadapanku. Mereka adalah Zaid bin Tsabit, Ali bin Abi Thalib, dan Abu Bakar ash-Shiddiq.
Aku bertanya kepada mereka, "Sejak kapan Anda bertiga di sini?" Mereka menjawab, "Belum lama." Ketiga orang itulah yang pertama masuk Islam di kalangan laki-laki.
Siang harinya Sa'ad mendengar kabar Nabi Muhammad SAW mengajak orang-orang kepada Islam secara diam-diam. Ingat mimpinya, Sa'ad yakin Allah ingin mengeluarkannya dari kegelapan dengan Islam. Sore harinya dia mencari Nabi dan menyatakan diri masuk Islam dalam usia lebih kurang 17 tahun.
Keislaman Sa'ad ditentang oleh ibunya. Ibunya mengancam akan mogok makan sampai mati jika Sa'ad tetap dalam Islam. Sa'ad tidak bergeming sedikit pun.
Tatkala ibunya benar-benar melaksanakan ancamannya, tanpa ragu Sa'ad menyatakan pendiriannya.
"Ibu, sesungguhnya aku sangat mencintai ibu. Tetapi, aku lebih cinta kepada Allah dan Rasul-Nya. Demi Allah! Seandainya ibu mempunyai seribu jiwa, lalu jiwa itu keluar dari tubuh ibu satu per satu (untuk memaksaku keluar dari agamaku) sungguh aku tidak akan meninggalkan agamaku karenanya."
Allah SWT berfirman: "Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku." (QS Luqman: 14).
Dari segi kekerabatan, Sa'ad dan Aminah binti Wahab, ibu Rasul SAW, sama-sama berasal dari Bani Zuhrah. Jadi, Sa'ad masih paman Rasulullah SAW.
Saat melepas keberangkatan pasukan Islam, Umar berpesan, "Hai Sa'ad, setiap manusia sama di sisi Allah, baik dia bangsawan maupun rakyat jelata. Allah adalah Tuhan mereka dan mereka semua adalah hamba-Nya. Mereka mendapat kemuliaan karena ketakwaan dan mendapat karunia karena ketaatan. Perhatikanlah cara Rasulullah yang engkau telah mengetahuinya, maka tetaplah ikut cara beliau itu."
Di bawah komando Sa'ad bin Abi Waqqas, pasukan Islam berhasil mengalahkan pasukan Persia dalam pertempuran di Qadisiah. Panglima Rustum yang selama ini sangat disegani tewas dan pasukannya yang berjumlah 120 ribu orang kocar-kacir.
Setelah itu pasukan Sa'ad dapat merebut Mada'in, ibu kota Persia.
Dengan kekalahan itu, berakhirlah kekuasaan emperium Persia dan rakyatnya dibebaskan oleh Islam dari penindasan dan kezaliman. Nama Sa'ad bin Abi Waqqas dicatat dengan tinta emas sebagai panglima pembebas Persia.