REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Saifuddin tidak menutup mata terhadap adanya potensi pengaruh negatif di media sosial. Namun, media sosial juga menyimpan segudang pengetahuan yang bisa dijadikan ruang pembelajaran untuk membuka cakrawala.
Menag mengajak santri untuk tidak menghindari sosial media, tetapi memanfaatkannya. “Jadikan sosmed menjadi sekolah kita. Banyak hal bisa diketahui dari sosial media. Bahkan bisa berinteraksi secara langsung,” ujar Menag saat berbicara pada halaqah tentang “Tantangan Santri dalam Mengembangkan Kemampuan Literasi Digital di Era Milenial” di Pesantren Darussalam Purwokerto, dikutip dari laman resmi Kemenag, Jumat (12/7). "Kalau gunakan sosial media, jangan baper, jangan mudah emosional,” lanjutnya.
Menurut Menag, saat ini manusia tidak terkecuali santri, menjadi umat digital. Kondisi ini tidak terelakkan, sehingga pilihannya bukan menghindari, tapi menyikapinya dengan baik. “Gunakan sosial media sebagai wahana untuk menjalankan tugas kita sebagai hamba Allah sekaligus khalifatullah,” ujar Menag.
Menag sendiri mengaku aktif di medsos, utamanya Twitter. Baginya, medsos adalah sekolah kedua. Banyak hal baru bisa didapatkan, karena banyak orang pintar yang juga aktif berbagi ilmu di media sosial.
Menag lalu mencontohkan Ulil Abshar Abdalla yang memanfaatkan media sosial untuk kajian Ihya ‘Ulumuddin, serta Gus Mus untuk live streaming pengajiannya. “Di era digital, kuasai nahasa. Bahasa adalah tool (alat) kita di masa yang mendunia ini,” ucap Menag.
Ikut hadir mendampingi Menag, Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Ahmad Zayadi, dan Kakanwil Kemenag Jateng Farhani. Pesantren Darussalam ini diasuh oleh KH Chariri Sofa. Sebagian besar santri yang belajar di sini adalah mahasiswa.