Jumat 01 Aug 2025 07:19 WIB

Benarkah Bulan Safar Bulan Sial dan Penuh Bencana? Ini Jawaban Tegas dari Rasulullah SAW

Dalam masyarakat pra-Islam, Safar disebut bulan yang tidak baik.

Rep: Muhyiddin/ Red: A.Syalaby Ichsan
Seorang warga mengikuti tradisi Mandi Safar di Desa Buata, Kabupaten Gorontalo Utara, Gorontalo, Rabu (21/9/2022). Mandi Safar adalah tradisi tahunan yang dilakukan oleh masyarakat saat bulan safar untuk mensucikan diri dan hati serta menghilangkan hal buruk dari manusia dan alam yang dihanyutkan oleh air sungai yang mengalir.
Foto: ANTARA/Adiwinata Solihin
Seorang warga mengikuti tradisi Mandi Safar di Desa Buata, Kabupaten Gorontalo Utara, Gorontalo, Rabu (21/9/2022). Mandi Safar adalah tradisi tahunan yang dilakukan oleh masyarakat saat bulan safar untuk mensucikan diri dan hati serta menghilangkan hal buruk dari manusia dan alam yang dihanyutkan oleh air sungai yang mengalir.

REPUBLIKA.CO.ID, Dalam tradisi sebagian masyarakat, bulan Safar kerap dikaitkan dengan kesialan, bencana, dan berbagai musibah. Tak sedikit yang menghindari pernikahan, bepergian jauh, atau memulai usaha pada bulan kedua dalam kalender Hijriyah ini, karena takut tertimpa malapetaka.

Namun benarkah anggapan tersebut sesuai dengan ajaran Islam? Rasulullah SAW justru dengan tegas menolak keyakinan tersebut dan meluruskan pemahaman yang keliru.

Baca Juga

Dalam sebuah hadits shahih yang diriwayatkan Imam Bukhari dan Muslim, Rasulullah SAW bersabda: 

لَا عَدْوَى وَلَا طِيَرَةَ وَلَا هَامَةَ وَلَا صَفَرَ، وَفِرَّ مِنَ الْمَجْذُومِ كَمَا تَفِرُّ مِنَ الْأَسَدِ

Artinya: “Tidak ada wabah (yang menyebar dengan sendirinya tanpa kehendak Allah), tidak pula tanda kesialan, tidak (pula) burung (tanda kesialan), dan juga tidak ada (kesialan) pada bulan Safar. Menghindarlah dari penyakit judzam sebagaimana engkau menghindar dari singa.”

Pernyataan Nabi Muhammad SAW ini membantah langsung keyakinan jahiliyah yang meyakini bahwa Safar adalah bulan penuh bala dan kesialan. Dalam masyarakat Arab pra-Islam, bulan Safar dianggap waktu yang tidak baik untuk melakukan aktivitas penting.

Dalam sejarah Islam pun, tidak ditemukan adanya pelarangan khusus dalam melakukan aktivitas penting di bulan Safar. Justru, di bulan ini Nabi menikah dengan Sayyidah Khadijah dan menikahkan putrinya Sayyidah Fatimah dengan Ali bin Abi Thalib. 

photo
Perwakilan adat membawa perlengkapan saat pelaksanaan Tradisi Mandi Safar 2022 di Pantai Babussalam, Tanjungjabung Timur, Jambi, Rabu (21/9/2022). Mandi Safar merupakan tradisi turun temurun masyarakat pesisir daerah itu yang dilaksanakan setiap hari Rabu terakhir di bulan Safar yaitu jatuh pada 21 September 2022. - (ANTARA/Wahdi Septiawan)

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement