Selasa 02 Jul 2019 10:00 WIB

Menebus Siksa

Menyekutukan Allah merupakan kezaliman yang sangat besar.

Mengingat Allah Ilustrasi.
Foto: ANTARA FOTO/Jojon
Mengingat Allah Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Farid Gasim Anuz

Muhammad bin al-Munkadir (130 H) menangis panjang hingga keluarganya khawatir. Mereka bertanya, “Apa yang menyebabkanmu menangis?” Ia tidak menjawab dan tetap menangis. Kemudian, keluarganya mengirim utusan kepada Abu Hazim (135 H) untuk menanyakannya. 

Abu Hazim datang dan mendapati al-Munkadir sedang menangis. Abu Hazim bertanya kepadanya, “Wahai saudaraku, apa yang menyebabkanmu menangis? Sungguh, engkau telah membuat keluargamu khawatir?” 

Muhamamd bin al-Munkadir menjawab, “Sesungguhnya aku telah merenungi sebuah ayat dari Alquran.” Abu Hazim bertanya lagi, “Ayat apakah itu?” Ia menjawab, “Firman Allah Azza wa Jalla, ‘Dan sekiranya orang-orang yang zalim mempunyai apa yang ada di bumi semuanya dan (ada pula) sebanyak itu besertanya, niscaya mereka akan menebus dirinya dengan itu dari siksa yang buruk pada hari kiamat. Dan, tampaklah bagi mereka azab dari Allah yang belum pernah mereka perkirakan.’” (QS az-Zumar: 47).

 

Abu Hazim menangis juga dan tangisan mereka berdua semakin keras. Keluarga Ibnu al-Munkadir berkata kepada Abu Hazim, “Kami membawamu agar menghentikan tangisannya, tetapi engkau justru malah menambahnya menangis.” Abu Hazim menceritakan kepada mereka apa yang menyebabkan beliau berdua menangis.

Kisah di atas merupakan petikan khotbah Jumat yang disampaikan oleh Syekh Syakir al-Hudzaifi di sebuah masjid di Jeddah, Arab Saudi. Semoga Allah melembutkan hati kami yang keras dan gersang agar dapat menangis saat membaca Alquran dan mengamalkannya.

Berikut ini intisarinya. Menyekutukan Allah merupakan kezaliman yang sangat besar. Ketika seseorang menganggap ada kekuatan lain yang lebih kuat dari Allah, ia akan tunduk dan menjadi budaknya. Ia jatuh ke dalam kesyirikan karena ia taat dan menganggap kekuatan lain itulah yang dapat memberinya manfaat dan menghindarkannya dari segala kerugian.

Ketika Anda menzalimi pihak lain, hakikatnya Anda telah menzalimi diri sendiri. Orang zalim bukanlah orang yang cerdas karena dia lupa bahwa orang yang dizalimi memiliki Allah yang akan membalas, cepat atau lambat, di dunia sebelum di akhirat.

Manusia siap menebus dan membayar ratusan juta atau bahkan miliaran rupiah agar ia dapat sembuh dari penyakit ginjal, jantung, kanker, dan lainnya. Di akhirat, manusia ingin menebus dengan dua kali lipat dari semua kekayaan yang ada di dunia agar ia terhindar dari siksa neraka! Ini menunjukkan siksa yang sangat pedih di mana manusia tidak tahan menerimanya. Semoga Allah melindungi kita dari siksa neraka.

Dr Muhammad Ratib an-Nabulsi berkata, “Seorang meyakini suatu ideologi atau keyakinan yang ia bela dan perjuangkan selama 50 tahun, misalnya, kemudian suatu saat ia menyadari bahwa itu ideologi batil, jiwanya akan terguncang. Orang-orang yang zalim akan terguncang pada hari kiamat.” 

Ya Allah, jadikan kami sebagai orang-orang yang takut kepada-Mu. Imam Mujahid (101 H) berujar, “Mereka melakukan amalan yang mereka anggap baik, ternyata amal buruk.” Imam Assuddi (127 H) berkata, “Mereka melakukan amal buruk dan berharap bertobat, kemudian kematian datang terlebih dahulu sebelum bertobat. Atau, mereka menganggap Allah akan mengampuninya meskipun tidak bertobat dengan amal saleh yang akan menghapus dosanya atau dengan syafaat, ternyata Allah tidak ampuni dosa mereka.” Wallahu a’lam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement