Senin 01 Jul 2019 12:03 WIB

Membina Iman di Belantara New York

Pembinaan dilakukan untuk bapak-bapak, ibu-ibu dan anak-anak.

Masjid Al-Hikmah, New York.
Foto: Dok Masjid Al-Hikmah, New York.
Masjid Al-Hikmah, New York.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK—Kadar iman bisa naik-turun. Karena itu diperlukan upaya istiqamah, berketerusan, untuk membina dan merawatnya.

“Inilah yang kami lakukan untuk membina dan merawat iman Muslim Indonesia di New York, Amerika Serikat. Caranya dengan melakukan pengajian setiap malam Ahad  untuk bapak-bapak dan halaqah untuk ibu-ibu setiap Rabu, dan Saturday School untuk anak-anak,” papar Yahya, ketua Harian Masjid Al-Hikmah, Ahad (30/6), di New York.

Masjid Al-Hikmah didukung oleh kurang lebih 300-an orang Indonesia di New York. Namun, ketika kegiatan-kegiatan keislaman dilakukan, Muslim dari berbagai etnis dan bangsa berbeda, datang ikut meramaikan kegiatan, terutama pada bulan Ramadhan. “Kita bisa menyediakan lebih kurang 400-an porsi ifthar di akhir pekan. Alhamdulillah, kegiatan ini didukung oleh beberapa Organisasi dan kelompok, seperti dari Bank Indonesia, Chakra (etnis Jawa), dan  Pasundan (etnis Sunda),” Yahya menjelaskan seperti dikutip dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Senin (1/7). 

photo
Suasana bazar di Masjid Al-Hikmah, New York.

Masjid Al-Hikmah terletak di 48-01 31 Street Avenue, Astoria, New York, Amerika Serikat. Pendirian masjid berawal dari kegiatan pengajiaan di era 80-an. Bergulirnya waktu, makin lama anggota pengajian mulai bertambah. Bila semula pengajian dilakukan dari apartemen ke apartemen atau rumah ke rumah, lama-kelamaan tidak muat lagi.

Mulailah pengelola pengajian meminta izin agar kegiatan ini di sebuah ruangan di Konsulat Indonesia, di New York.  Dari kegiatan jamaah itu berhasil dikumpulkan dana sekitar 125 ribu dolar AS yang kemudian dibelikan sebuah gudang. “Setelah itu Pak Harto (presiden kedua RI), melalui Yayasan Amal Bhakti Pancasila, menyumbang 150 ribu dolar AS,” ungkap Yahya. 

Jaja, pengurus Masjid sebelum Yahya, ikut menambahkan, kegiatan Saturday School untuk anak-anak berdasarkan kelompok umur, saat ini membina kurang lebih 60 anak. “Sebelumnya, pernah mencapai 170 anak. Namun ketika mereka beranjak dewasa, kemudian mulai berkurang,” ujarnya.

Selain kegiatan mengaji, anak-anak juga mendapatkan kegiatan ekstra. “Kita sudah empat tahun lebih memberikan pelatihan pencak silat kepada anak-anak,” terangnya. 

photo
Dari kiri ke kanan: Jaja (ketiga), Yahya (keempat), Asti (keenam).

Sementara itu, sembari menunggu kegiatan mengaji itu, ibu-ibu yang mengantarkan anak-anak mereka, ikut memanfaatkan waktu dengan berbagai aktivitas. “Kami belajar menjahit, memasak, bahkan juga belajar bahasa Arab. Khusus untuk mengaji, dimulai dengan belajar tahsin,” terang Asti, salah satu relawan dan aktivis masjid.

Jebolan Fakultas Ekonomi Undip  itu menambahkan, ibu-ibu juga berperan dalam turut menyukseskan bazar, yakni kegiatan komersial dengan mengundang vendor untuk berjualan di halaman masjid, yang bisa dilakukan sebulan sekali. Mereka yang ikut bisa delapan lebih.

“Hari ini dua kali lipat, 16 peserta yang ikut,” jelasnya. “Satu meja (vendor) dijual 150 dolar AS, tapi seringkali mereka memberikan lebih,” ungkapnya lagi.

Para pembeli bukan hanya dari kalangan Indonesia, tapi juga komunitas Muslim lainnya di New York. 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement