REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Farkhani Baidhawy
Bumi Allah yang sangat indah dan menakjubkan ini menyimpan beragam kekayaan yang melimpah. Manusia berinteraksi dengan alam untuk memenuhi kebutuhan hidup sekaligus menjaga keberlangsungan dan keseimbangan alam.
Manusialah yang seharusnya menciptakan dan menjaga hubungan yang mutual dengan alam, agar alam dapat memberikan kekayaannya kepada manusia dalam waktu lama. Namun, bila manusia berbuat ceroboh melukai alam, terkadang alam tak akan pernah mengenal belas kasihan dan permohonan maaf atas perbuatan manusia. Alam yang seharusnya menjadi berkah bagi kehidupan manusia, akan berubah menjadi tragedi bagi kehidupan manusia karena kecerobohan, keserakahan, dan aktivitas eksploitasi yang tidak terukur dan terkendali.
Firman Allah, ''Munculnya kerusakan di bumi dan lautan adalah karena sebab perbuatan tangan-tangan manusia agar mereka merasakan sebagian dari apa yang mereka kerjakan agar mereka kembali ke jalan yang benar.'' (QS Ar-Ruum [30]: 41).
Namun, peringatan kecil yang diberikan alam atas kemaksiatan dan kedzaliman yang dilakukan oleh manusia, alih-alih menjadikan manusia itu berpikir, malah mereka menjadi semakin rakus dan sombong. Toh, kejadian itu dapat ditanggulangi dengan keuntungan yang besar dari hasil eksploitasi.
Mereka merasa aman, padahal Allah berfirman, ''Apakah penduduk suatu negeri merasa aman dari kedatangan adzab Kami sedangkan mereka terlena dalam tidurnya. Apakah penduduk suatu negeri merasa aman dari kedatangan adzab Kami sedangkan mereka sedang asyik-asyik bermain dengan aktivitasnya. Apakah mereka merasa aman dari adzab Allah, tidak ada seorang pun yang merasa aman dari adzab Allah kecuali orang-orang yang merugi.'' (QS Al-A'raf [7]: 97-99).
Allah sangat tidak suka terhadap orang-orang yang gemar melakukan kerusakan di muka bumi (lihat QS Al-Qashash [28]: 77). Seharusnya manusia bisa mengambil ibrah dari beberapa kejadian yang diakibatkan oleh alam yang melanda negeri ini. Banyak bencana alam terjadi karena keserakahan kita sendiri.
Sebaliknya, bila manusia berlaku bijak, ramah, dan santun terhadap alam, maka alam akan memberikan karunianya yang berlimpah dan secara terus-menerus. Caranya adalah dengan memanfaatkan alam secara profesional dan proporsional.
Santun terhadap alam adalah bentuk manifestasi keimanan dan ketakwaan kepada Allah. Dan, untuk itu, Allah tidak bakal menutup mata: ''Dan sekiranya penduduk suatu negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami bukakan kepada mereka pintu-pintu berkah dari (yang ada di) langit dan bumi.'' (QS Al-A'raf [7]:96). Gemah ripah loh jinawi, karena saling asih dengan lingkungan hidupnya, bukan hanya sekadar slogan.