Selasa 25 Jun 2019 08:41 WIB

Menjadi Pemimpin yang Memahami Keluhan Rakyat

Khalifah merasa tak tenang setelah mendengar doa seorang rakyatnya di depan Multazam

Ilustrasi Mencari Pemimpin Umat
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Ilustrasi Mencari Pemimpin Umat

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Abdul Hadi Esha     

Malam tengah beranjak ketika Khalifah Manshur, yang sedang bertawaf, mendengar seseorang berdoa di depan Multazam.

Baca Juga

"Ya Allah, kukeluhkan pada-Mu timbulnya kezaliman dan keonaran di muka bumi ini lantaran sifat serakah dan kesewenang-wenangan sehingga kezaliman itu memisahkan antara kebenaran dan pembelanya."

Sang khalifah merasa terusik dengan kata-kata munajat pria itu. Jangan-jangan dialah yang dimaksud dalam doa itu.

Usai tawaf, khalifah memanggil lelaki tadi. "Doamu sangat menggangguku. Demi Allah aku merasa terusik dan tidak tenang setelah mendengar kalimat-kalimat dalam doamu. Bisa kaujelaskan mengapa kau sampai berdoa seperti itu?"

"Wahai Amirul Mukminin," jawab lelaki ini, "bila Anda menjamin keselamatanku, aku akan beri tahukan. Tapi kalau tidak, aku pergi dan meneruskan kerjaku."

Setelah mendapat jaminan, si lelaki tadi menyindir khalifah dengan mengatakan bahwa ketika leluhurnya dulu berkuasa, rakyat yang merasa hak mereka dirampas dengan bebas mendatangi pemimpin mereka, lalu persoalan selesai.

"Ketika aku berada di negeri Cina," lanjut lelaki itu, "kusaksikan raja mereka yang sudah tuli masih memerintah negerinya.

Suatu hari, raja itu menangis. Dia berkata, 'Aku menangis bukan karena bencana yang menimpa diriku, tapi karena derita rakyat kecil yang terampas haknya ada di balik pintu itu.

Memang, aku tidak bisa mendengar jeritan mereka. Namun, mataku masih bisa melihat mereka. Umumkan kepada semua rakyat bahwa siapa yang merasa haknya dirampas, hendaknya mereka memakai baju merah, biar aku bisa mengetahuinya."

Demikianlah. Dalam kaitan ini, Rasulullah SAW pernah bersabda, "Akan datang sesudahku penguasa-penguasa yang memerintahmu. Di atas mimbar mereka memberi petunjuk dan ajaran dengan bijaksana, tapi bila telah turun dari mimbar mereka melakukan tipu daya dan pencurian. Hati mereka lebih busuk dari bangkai." (HR Aththabrani).

Nabi SAW juga bersabda, "Khianat paling besar adalah bila seorang penguasa memperdagangkan rakyatnya." (HR Aththabrani).

sumber : Pusat Data Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement