Selasa 18 Jun 2019 14:09 WIB

Tanggung Jawab Pemimpin

Tanggung jawab pemimpin untuk menegakkan keadilan dan mementingkan maslahat

Ilustrasi Mencari Pemimpin Umat
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Ilustrasi Mencari Pemimpin Umat

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Muhammad Al Khaththath     

Rasulullah SAW bersabda, "Imam [kepala negara] itu laksana penggembala, dan dialah penanggung jawab rakyat yang digembalakannya."

Baca Juga

Konsep kepemimpinan yang ditawarkan rasulullah cukup sederhana, yakni laksana penggembala. Pada galibnya, penggembala bertanggung jawab agar hewan-hewan yang digembalakannya terpelihara dengan baik, cukup makan minum, sehat, gemuk, serta terjaga dari binatang-binatang buas.

Tak terbersit dalam benak kita adanya penggembala yang cuek dengan hewan-hewan piaraannya. Apalagi menargetkan agar hewan-hewan yang menjadi tanggung jawabnya itu haus, lapar, cedera, bahkan mati.

Sebab, dia bakal ditanya oleh tuannya tentang hewan-hewan yang digembalakannya itu. Kepemimpinan, menurut sabda Nabi SAW di atas, adalah konsep pemeliharaan urusan rakyat yang tidak hanya berdimensi dunia, tetapi juga akhirat.

Amanat yang bakal dipertanggungjawabkan di hari pembalasan, yang kalau tidak dilaksanakan dengan baik, sesuai petunjuk Alquran dan Sunnah, bakal menjadi kehinaan dan penyesalan. Islam memandang pemimpin bukanlah orang yang sibuk menghitung dan menikmati berbagai fasilitas yang diterima dari uang rakyat lantaran kedudukannya. Bukan pula orang yang menjadikan jabatan sebagai sarana memperkaya diri dan keluarganya.

Dia pun tidak menjadikan jabatan sebagai sarana untuk mengokohkan kekuasaan diri dan kelompoknya serta mengeksploitasi rakyat. Dari segi hak atas kekayaan, pemimpin sama saja dengan rakyat, tidak memiliki kelebihan apa pun.

Dia hanya mendapatkan kompensasi yang layak sebagai ganti atas seluruh waktu dan perhatian yang dia curahkan untuk rakyat.

Pernah suatu ketika Khalifah Umar bin Khatab ditanya oleh seorang rakyatnya tentang baju yang dikenakannya yang berasal dari pembagian kain dari Yaman untuk seluruh rakyat. Maka amirul mukminin itu menyuruh anaknya, Abdullah bin Umar memberikan klarifikasi.

Abdullah pun menjelaskan, ''Sungguh ayahku [khalifah] mendapatkan bagian yang sama dengan kita semua, namun karena tubuhnya yang begitu besar, maka bagianku kuberikan padanya, agar dia bisa memakainya.''

Dengan merujuk pada hadis tersebut di atas, pemimpin justru sibuk berfikir dan bertindak agar rakyatnya dapat hidup cukup sandang, pangan, papan, serta terjamin kesehatan, pendidikan dan keamanannya.

Suatu ketika Khalifah Umar berkata, "Kalau sekiranya ada seekor keledai jatuh tergelincir di suatu jalan di Irak, aku khawatir nanti Allah akan menanyaiku, mengapa aku tidak menyediakan jalan yang rata di sana."

Ya, kita tentu butuh pemimpin seperti ini.

sumber : Pusat Data Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement