Senin 27 May 2019 11:55 WIB

Meninggalkan Kesenangan Dunia

Siksaan itu tak ubahnya bagai api yang menggodok keimanannya menjadi matang.

Ilustrasi kafilah dagang di gurun pasir
Foto:

Dan semua kesenangan, tak dapat tiada lenyap dan sirna, kata si penyair. Itu dusta, kata Utsman, Karena kesenangan surga takkan lenyap. Hai orang-orang Quraisy, demi Allah, tak pernah aku sebagai teman du duk kalian disakiti orang selama ini. Ba gaimana sikap kalian kalau ini terjadi? tanya Lubaid.

Sa lah seorang di antara mereka berkata, Si bodoh ini telah meninggalkan agama kita. Jadi, tak usah digubris apa ucapannya. Utsman membalas ucapan itu hingga di antara mereka terjadi perteng karan.

Orang itu tiba-tiba bangkit mendekati Utsman lalu meninjunya hingga tepat mengenai matanya. Sementara itu, Walid bin Mughirah masih berada di dekat itu dan menyaksikan apa yang terjadi.

Ia berkata kepada Utsman, Wahai ke ponakanku, jika matamu kebal terhadap bahaya yang menimpa, maka sungguh benteng perlindunganmu amat tangguh! Kata Utsman, Tidak, bahkan mataku yang sehat ini amat membutuhkan pula pukulan yang telah dialami saudaranya di jalan Allah! Dan sungguh wahai Abu Abdi Syams, saya berada dalam perlindungan Allah yang lebih kuat dan lebih mampu daripadamu! Ayolah Utsman, kata Walid pula, Jika kamu ingin, kembalilah masuk ke dalam perlindunganku! Terima kasih! ujar Ibnu Mazh'un menolak tawaran itu.

Ibnu Mazh'un meninggalkan tempat itu, tempat terjadinya peristiwa tersebut dengan mata yang pedih dan kesakitan. Tetapi jiwanya yang besar memancarkan keteguhan hati dan kesejahteraan serta penuh harapan.

Di tengah jalan menuju rumahnya de nga gembira ia mendendangkan pantun ini, Andai kata dalam mencapai ridha Ilahi mataku ditinju tangan jahil, maka Yang Maharahman telah menyediakan imbalannya.

Setelah mengembalikan perlindungan kepada Walid, Utsman mendapat siksa dari orang-orang Quraisy. Namun, dengan itu ia tidak merana, sebaliknya bahagia, sungguh-sungguh bahagia.

Siksaan itu tak ubahnya bagai api yang menyebabkan keimanannya menjadi matang dan bertambah murni. Demikianlah, ia maju ke depan bersama saudara-saudara yang beriman, tidak gentar oleh ancaman, dan tidak mundur oleh bahaya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement