REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di bawah kekuasaan Romawi, dari abad kelima SM hingga abad kedua SM, Tripoli menjadi kota pelabuhan dan kota perdagangan yang penting. Minyak zaitun, gandum, anggur, dan budak dikirim dalam jumlah besar melalui kota ini menuju Roma. Peninggalan bangsa Romawi di kota ini berupa kubah untuk menghormati kaisar Markus Aurelius.
Tripoli tak hanya menjadi provinsi Romawi, namun juga memainkan peran penting dalam perpolitikan. Vespanius merupakan senator pertama dari Afrika Utara yang berhasil menjadi kaisar Romawi pada 69 M. Kemudian, pada 193 M, Septimius Severus yang keturunan Fenisia dan lahir di Leptis Magna, sekitar 120 kilometer sebelah timur Tripoli, juga menjadi kaisar Romawi.
Pada pertengahan abad kelima M, kekaisaran Romawi berada pada ujung keruntuhannya akibat konflik dan perpecahan politik. Saat itulah, kaum Vandal, sebuah suku Jermania yang berdiam di Jutland (Denmark), mulai merajalela di seluruh Eropa. Di Spanyol, kaum Vandal yang mendapat perlawanan dari pe ngua sa Romawi dan Visigoth, memutuskan untuk menrebut provinsi makmur milik Romawi di Afrika Utara.
Pada tahun 429 M, Raja Gaiserik mengirimkan pasukan Vandal menyeberangi Selat Gibraltar. Satu per satu kota-kota Romawi di Afrika Utara dijarah. Vandal menguasai Tripolitania lebih dari 100 tahun sebelum akhirnya Kerajaan Romawi Timur atau Bizantium merebutnya kembali pada 533 M. Namun, Tripolitania sudah telanjur lumpuh dijarah Vandal hingga kemudian tentara Arab melintasi Afrika Utara pada abad ke-7.