Kamis 23 May 2019 22:22 WIB

Enam Rencana Strategis Pendidikan Pesantren, Apa Saja?

Banyak santri yang miliki potensi untuk melanjutan pendidikan tinggi.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Agung Sasongko
Santri
Foto: Republika/Yasin Habibi
Santri

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Rapat Koordinasi Rencana Strategis Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Program Pendidikan Islam 2020-2024 berlangsung di Yogyakarta.  Setsditjen Pendis Kemenag, Imam Safe'i mengingatkan, ada enam hal penting untuk merumuskan rencana strategis.

Enam rencana tersebut, antara lain, pembangunan karakter, dan pengembangan informasi teknologi. Pendidikan kader ulama, layanan masyarakat kurang beruntung, dan pengembangan akademik serta branding pesantren. Ia menilai, pesantren harus memiliki karakter kuat.

"Dengan karakter yang kuat, pesantren akan melahirkan alumni yang mumpuni dan menjadi tokoh nasional," kata Imam di Grand Quality Hotel Yogyakarta, Rabu (22/5).

Selain itu, pengembangan IT di era 4.0 dinilai tidak kalah penting. Serta, pengembangan kader ulama yang tiap-tiap provinsi dirasa harus memiliki Mahad Aly walaupun kecil.

Layanan pendidikan untuk masyarakat yang kurang beruntung bisa dicontohkan dengan membangun pesantren di daerah-daerah perbatasan. Semua berangkat dari semangat ingin menjangkau.

"Utamanya, kepada mereka yang tidak terlayani dan melayani yang tidak terjangkau," ujar Imam.

Terkait pengembangan akademik, ia menilai banyak santri yang miliki potensi untuk melanjutan pendidikan tinggi. Bahkan, mereka mampu bersaing di perguruan tinggi negeri bergengsi.

Terakhir, Imam menilai, pendidikan unggul tidak lain yang mempunyai kekhasan. Jika kekhasan sudah dimiliki, akan lebih mudah bagi pesantren-pesantren melakukan branding.

Sebelumnya, Kakanwil Kemenag DIY, Edhi Gunawan menyampaikan, Yogyakarta memiliki banyak predikat. Selain Kota Budaya, Kota Pelajar dan Kota Pendidikan, ada predikat City of Tolerance.

"Tapi, kita tidak boleh terlena karena ada saja tantangan yang dihadapi, terlebih media sosial yang sangat masif, dan jika ada periwsita dapat cepat menbuat sebagai isu nasional," ujar Edhi. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement