REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seperti mendiang ayahnya, Banu Musa bersaudara menitipkan sesuatu yang berharga sepeninggal mereka. Kitab al- Hiyal atau Kitab Perangkat Mekanik merupakan warisan bernilai yang ditinggalkan Banu Musa. Melalui kitab ini, mereka memberikan warisan berguna bagi perkembangan teknik dan arsitektur dalam dunia Islam.
Prinsip geometri dan fisika Dalam kitab itu, Banu Musa juga menjelaskan rancangan pembuatan air mancur yang mereka ciptakan. Mereka menerapkan beragam prinsip geometri dan fisika untuk membuat air mancur. Kitab tersebut juga memuat tujuh desain air mancur. Desain pertama adalah bentuk dasar yang ditemukan pada semua air mancur.
Desain lainnya menunjukkan pembuatan air mancur yang lebih kompleks. Misalnya, air mancur yang pancaran airnya bisa berubah dari satu bentuk ke bentuk lainnya. Setidaknya, terdapat tiga bentuk dasar air mancur, yakni bentuk lili, perisai, dan tombak.
Selain tiga bentuk dasar itu, ada air mancur yang pancarannya berubah secara periodik, misalnya berubah dari bentuk tombak ke perisai, kemudian kembali lagi ke pancaran air berbentuk tombak.
Untuk membuat pancaran air yang keluar bergantian dan berbentuk, seperti tombak dan perisai, diperlukan pengaturan yang sangat cermat dan teliti. Pengaturan harus seimbang dengan memerhatikan prinsip-prinsip fisika. Dalam hal ini, salah satu bak difungsikan untuk memancarkan air dalam bentuk tombak, sedangkan bak lainnya untuk memancarkan air dalam bentuk perisai.
Diposisikan di sebuah tempat yang tersembunyi dari pandangan mata, bak ini berfungsi sebagai akumulator tekanan. Dengan begitu, bak menyediakan pasokan air yang cukup dan tekanan untuk menciptakan efek air mancur yang diinginkan. Dalam sebuah rancangan, Banu Musa mendesain sebuah bak yang menentukan bentuk pancaran air yang keluar. Mereka juga merancang air mancur dengan roda gerigi dan katup canggih yang memungkinkan bentuk pancaran air berubah dari satu bentuk ke bentuk lain.