REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Suryana Abdurrauf
Suatu hari Rasulullah SAW bertamu ke rumah Abu Bakar Shidiq. Ketika sedang bercengkerama dengan Rasulullah, tiba- tiba datang seorang Arab badui menemui Abu Bakar dan langsung mencela Abu Bakar. Makian, kata- kata kotor keluar keluar dari mulut orang itu. Namun, Abu Bakar tidak menghiraukannya.
Ia melanjutkan perbincangan dengan Rasulullah. Melihat hal ini, Rasulullah SAW tersenyum. Kemudian orang Arab badui itu kembali memaki-maki Abu Bakar. Kali ini makian dan hinaannya lebih kasar.
Namun, dengan keimanan yang kokoh serta kesabarannya, Abu Bakar tetap membiarkan orang tersebut. Rasulullah SAW kembali memberikan senyum. Semakin marahlah orang Arab badui ini.
Untuk ketiga kalinya si badui mencerca Abu Bakar dengan makian yang jauh lebih menyakitkan. Kali ini--selaku manusia biasa yang memiliki hawa nafsu--Abu Bakar tidak dapat menahan amarahnya. Dibalasnya makian orang Arab badui itu dengan makian pula.
Terjadilah perang mulut. Seketika itu Rasulullah beranjak dari tempat duduknya. Ia meninggalkan Abu Bakar tanpa mengucapkan salam.
Melihat hal ini, selaku tuan rumah Abu Bakar tersadar dan menjadi bingung. Dikejarnya Rasulullah SAW yang sudah sampai halaman rumah.
Kemudian Abu Bakar memanggil beliau. "Wahai Rasulullah, janganlah Anda biarkan aku dalam kebingungan yang sangat. Jika aku berbuat kesalahan, jelaskan kesalahanku," pintanya.
Rasulullah SAW menjawab, "Sewaktu ada seorang Arab badui datang lalu mencelamu, dan engkau tidak menanggapinya, aku tersenyum karena banyak Malaikat di sekelilingmu yang akan membelamu di hadapan Allah. Begitu pun, yang kedua kali ketika ia mencelamu dan engkau tetap membiarkannya, maka para Malaikat semakin bertambah banyak jumlahnya. Oleh sebab itu, aku tersenyum.
Namun, ketika kali yang ketiga ia mencelamu dan engkau menanggapinya, dan engkau membalasnya, maka seluruh Malaikat pergi meninggalkanmu. Hadirlah Iblis di sisimu. Oleh karena itu, aku tidak ingin berdekatan dengannya, dan aku tidak memberikan salam kepadanya."
Demikian Rasulullah mengajarkan kepada kita untuk bersabar menahan amarah, dengan tidak membalas keburukan dengan hal-hal yang buruk pula.