REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagaimana daerah-daerah umumnya di Nusantara, dakwah Islam masuk ke Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), dengan mempertimbangkan tradisi setempat. Dalam artikelnya, "Lombok Islam in the Eyes of Anthropologists", Ahmad Fathan Aniq membagi dua kelompok umat Islam di Lombok, yakni Wetu Telu dan Waktu Lima.
Yang pertama itu memeluk Islam dengan kecenderungan sinkretis, sedangkan yang belakangan tersebut merupakan Muslim yang ortodoks. Fathan Aniq menjelaskan, sebelum abad ke-20 mayoritas orang Lombok dapat digolongkan sebagai pengikut Wetu Telu.
Pemilahan dua kelompok Muslim itu merujuk pada daerah asal kedatangan Islam di pulau berjulukan Pulau Seribu Masjid itu. Setidaknya, lanjut Fathan Aniq, ada dua teori, yakni di satu sisi bahwa Islam disebarluaskan dari Jawa atau di sisi lain dari Bugis (Sulawesi Selatan).
Teori pertama didukung antara lain Erni Budiwanti yang mengatakan, peran Pangeran Prapen dari Kerajaan Giri (Gresik) cukup penting dalam mengislamkan Lombok. Bali tidak ikut diislamkan diduga lantaran kerajaan yang cukup kuat masih bertahan dalam masa itu.
Kemudian, menurut teori kedua, orang-orang Bugis tiba di Lombok Timur pada akhir abad ke-16. Mereka dapat menguasai Kerajaan Selaparang, yang kelak keturunannya melahirkan TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid.
Ada pula perbedaan corak berislam antara pengaruh Jawa dan Bugis. Yang pertama itu cenderung terbuka terhadap pengaruh dari era pra-Islam, semisal animisme atau Hindu. Sementara, yang kedua tidak terlalu menyukai sinkretisme. Inilah kelompok Waktu Lima yang banyak dijumpai di Lombok Timur dan Lombok Tengah.
John M MacDougall dalam artikelnya di buku Politik Lokal di Indonesia (2007) menyebutkan, ada dua dai yang paling berpengaruh di Lombok Timur di paruh awal abad ke-20, yakni TGH Mutawalli dari Jeroaru dan TGKH Zainuddin Abdul Madjid dari Pancor. Yang tersebut terakhir itu dikenang atas jasanya mendirikan Nahdlatul Wathan (NW), ormas Islam terbesar yang berakar budaya Lombok.
Menurut MacDougall, Zainuddin Abdul Madjid berkontribusi besar dalam membangun banyak madrasah dan pesantren dengan NW, sedangkan TGH Mutawalli berperan dalam upaya Islamisasi di barat laut Lombok.