Senin 01 Apr 2019 05:05 WIB

Ketika Rasulullah Bertanya pada Mu'adz

Mu'adz adalah tokoh dari kalangan anshar.

Rep: Muhyiddin/ Red: Agung Sasongko
Gurun pasir (ilustrasi)
Foto:

Shahar bin Hausyab tidak keting galan memberikan ulasan, katanya, Bila para sahabat berbicara, sedang di antara mereka hadir Mu'adz bin Jabal, tentulah mereka akan sama-sama meminta penda patnya karena kewibawaan.

Amirul Mukminin Umar bin Khatab RA sering meminta pendapat dan buah pikirannya. Bahkan, dalam salah satu peris tiwa di mana ia memanfaatkan pendapat dan keahliannya dalam hukum, Umar pernah berkata, Kalau tidaklah berkat Mu'adz bin Jabal, akan celakalah Umar!

Ia seorang pendiam, tak hendak bicara kecuali atas permintaan. Jika mereka berbeda pendapat dalam suatu hal, mereka pulangkan kepada Mu'adz untuk memutuskannya. Maka, jika ia telah buka suara, adalah ia sebagaimana dilukiskan oleh salah seorang yang mengenalnya, Seolah-olah dari mulutnya keluar cahaya dan mutiara.

Kedudukan yang tinggi di bidang pengetahuan ini serta penghormatan kaum Muslimin kepadanya, baik selagi Rasulullah masih hidup maupun setelah beliau wafat, dicapai Mu'adz sewaktu ia masih muda. Ia meninggal dunia di masa pemerintahan Umar, sedang usianya belum 33 tahun.

Mu'adz adalah seorang yang murah tangan, lapang hati, dan tinggi budi. Tidak sesuatu pun yang diminta kepadanya kecuali akan diberinya secara berlim pah dan dengan hati yang ikhlas. Sung guh, kemurahan Mu'adz telah meng habiskan semua hartanya.

Ketika Rasulullah SAW wafat, Mu'adz masih berada di Yaman, yakni semenjak ia dikirim Nabi ke sana untuk membimbing kaum Muslimin dan mengajari mereka tentang Islam.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement