REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Bidang Hubungan Antar lembaga dan Luar Negeri Dewan Masjid Indonesia (DMI) KH Natsir Zubaidi menyebut, pemerintah dan masyarakat Indonesia dikenal sering membantu membangun masjid sejak dulu.
Tak hanya di Rusia, Bung Karno pun menyumbang pembangunan masjid di Amerika. "Kenapa? Karena Muslim di sana yang diwakilkan dengan duta besar negara Islamnya mengaku kesulitan untuk melaksanakan ibadah, bahkan untuk shalat Jumat. Itu terjadi 1950-an," ujar dia kepada Republika, belum lama ini.
Menurut dia, pembangunan masjid di luar negeri memberi banyak man faat tidak hanya bagi lokasi yang menjadi tujuan pembangunan. Bagi Indonesia, adanya masjid Indonesia membantu dalam penyebaran kebudayaan.
Peradaban dan budaya di Indonesia bisa disebarkan lewat masjid-masjid yang ada. Diplomasi bu daya diperlihatkan saat di tempat tersebut membuat sebuah acara yang berkaitan dengan hari besar Islam.
Penyebaran ini tidak hanya kepada jamaah masjid, tapi juga masyarakat sekitar yang beragama lain. "Program ini sangat dikenal di dunia. Saya mendapat informasi bah wa yang rajin mengadakan pengajian, shalat Idul Fitri adalah kita. In donesia jadi kerumunan umat Islam saat ada hari besar keagamaan. Nah, ini kan menjadi nilai tersendiri," lanjutnya.
Alasan masyarakat dan pemerintah membantu pembangunan tempat beribadah ini pun beragam. Salah satunya untuk membantu memudahkan masyarakat di lokasi agar lebih mudah dalam menjalankan iba dah dan kemanusiaan. Pendekatan kemanusiaan ini disebut Natsir sangat membantu dalam hal lainnya. Salah satunya dalam usaha Indonesia masuk ke Myanmar.
Indonesia disebut satu-satunya negara yang bisa masuk ke negara tersebut karena terkenal membantu semua golongan yang tidak mampu. "Bantuan ini sudah dari lama. Tapi, kalau zaman Sukarno lebih kepada sumbangan dana. Baru mulai zaman Suharto membangun utuh bangunan masjid, salah satunya di Bosnia," ucapnya.